Cibubur, Selasa, 14 September 2010
Profesionalisme Seorang Konselor
Oleh: Mohamad Istihori
Profesionallah dengan segala pekerjaan yang saat ini sedang kita geluti. Apapun macam dan jenisnya. Asalkan pekerjaan itu masih dalam batas yang diperbolehkan oleh akal sehat dan hati nurani kemanusiaan.
Mau jadi konselor kek, penceramah kek, pemain sepak bola kek, ustadz kek, penulis kek, wartawan kek, bahkan mungkin dalam urusan rumah tangga kita sebagai istri ataupun suami.
Pandai-pandailah memotivasi diri sendiri. Boleh saja kita mencari inspirasi dari luar diri kita untuk bisa memotivasi diri sendiri. Namun motivasi terbaik sesungguhnya adalah terdapat dalam diri kita.
Bagi seorang konselor di Pusat Rehabilitasi Korban Narkoba dan Skizofrenia, Madani Mental Health Care, kami mesti memberikan pelayanan terbaik bagi para klien yang kemudian kami sebut "santri".
Mesti seorang konselor berada dalam masalah pribadi, keluarga, atau organisasi yang ia ikuti di luar Madani, kami menuntut diri kami sendiri untuk tetap bisa berpikir dan menjalankan tugas dan kewajiban kami di Madani dengan kepala dan hati yang "dingin", stay cool coz the show must go on.
Hal tersebut terus berusaha kami lakukan agar tetap bisa memberikan pelayanan terbaik bagi para santri.
Kalau seorang konselor bermental "tempe" bagaimana ia bisa menjalankan tugasnya yang sangat berat dan kompleks?
Pekerjaan konselor adalah pekerjaan yang mesti memadukan antara hati dan akal. Kalau cuma pakai akal tidak pakai hati maka kita akan menjadi konselor yang nggak sabaran.
Tidak sabar menggembalakan proses pemulihan mental dan psikis santri. Kita juga akan mudah menjadi pribadi yang rapuh, gampang stres, dan frustasi.
Bagaimana tidak. Menghadapi pribadi santri yang "luar biasa" tidaklah mudah. Dibutuhkan "tenaga batin" yang ekstra plus "kapsul sabar".
Namun penggunaan hati ini haruslah berdamping mesra dengan pemaksimalan fungsi akal. Artinya konselor pun harus banyak belajar menganai hal-hal yang berkaitan dengan dunia narkoba dan skizofrenia.
Penambahan informasi ini sangat penting untuk membuka wawasan santri sekaligus memberikan kesadaran intelektual kepada para santri agar tidak lagi terjerat ke dalam lembah hitam narkoba dan bisa menghadapi gangguan bisikan, halusinasi, dan delusi yang datang menghadang tanpa kenal kompromi, tak pandang bulu, tempat, dan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar