Rabu, 26 Januari 2011

Madani Training Motivation


Madani Training Motivation (MTM):

Sebuah lembaga pelatihan motivasi bagi umum, mahasiswa, dan siswa/i mulai tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah atas yang membahas tentang manusia (siapa aku? diriku? lingkunganku? hingga siapa Tuhanku?)..

Biaya terjangkau:

Umum               : Rp. 25.000/orang
Mahasiswa        : Rp. 20.000/orang
Pelajar SMA      : Rp. 15.000/orang
Pelajar SMP      : Rp. 10.000/orang
Pelajar SD         : Rp.  5.000/orang

* Biaya ditambah Rp. 5000 jika acara diadakan di tempat yang bersangkutan.

Kegiatan:

- Tupat Sambel (Tukar Pendapat Sambil Belajar)
Simulasi cerdas penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS serta penyuluhan tentang penanggulangan stres, depresi, skizofrenia, serta gangguan jiwa lainnya.

- LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) dan Sanlat (Pesantren Kilat)
Mengorganisasi acara maupun hanya sebagai pemateri. Sanlat dan LDK dengan materi-materi yang cerdas dibawakan dengan penuh keceriaan dari aspek spiritual, motivasi, psikologis, dan sosial.

- Terapi tentang bahaya rokok.

Telp: 021-857 8228 / 0816 1342 931 / 021 9823 0582
Email: madanionline21@yahoo.co.id
FB: Yayasan Rehabilitasi Madani
Twitter: @madanionline
Blog: www.madanimentalhealthcare.blogspot.com

Senin, 24 Januari 2011

Agama Modal Utama Dalam Mendidik Anak


REPUBLIKA.CO.ID
Minggu, 13 Juli 2003

ERNY HAWARI-DADANG HAWARI
Agama Modal Utama Dalam Mendidik Anak

Dalam mendidik anak-anak mereka, pasangan Dadang Hawari dan Erny Hawari menjadikan agama sebagai bekal utama yang harus diberikan sejak dini. Sejak usia empat tahun anak-anaknya sudah dibiasakan untuk sholat berjamaah, minimal sholat maghrib. Pada usia delapan tahun, anak-anak mereka pun telah diajari untuk menjalankan puasa.

Agama menurut pasangan Erny Hawari dan Dadang Hawari adalah bekal utama yang harus dimiliki anak-anaknya, karenanya dari kecil mereka sudah menanamkan nilai-nilai agama dalam mendidik anak mereka. "Anak bagi saya adalah segala-galanya, titipan Allah yang benar-benar harus saya jaga," kata Erny, isteri psikiater sekaligus guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .

Ia mencatat betul betapa nilai agama sangat penting. "Bekal pendidikan agama itu perlu ditanamkan sejak dini, karena jika dibekali pemahaman agama yang benar, anak kita Insya Allah akan terjaga," kata Erny.

Dalam membekali nilai-nilai agama pada anak-anaknya, mereka mendatangkan guru mengaji ke rumah. Selain mengajari anak-anak membaca Alquran, juga menanamkan nilai-nilai agama. Ini dilakukan sejak anak pertama mereka duduk di bangku Sekolah Dasar, anak kedua berusia enam tahun, dan yang ketiga berusia tiga tahun.

Guru mengaji anak-anak mereka itu juga terus berhubungan baik hingga anak-anak mereka menikah. Sehingga sang guru mengaji seperti menjadi bagian dari keluarga sendiri.

Bekal ilmu agama, menurut Dadang, menjadi jaminan tersendiri dalam membesarkan anak-anaknya. Tanpa dipaksa, saat usia mereka delapan tahun, anak-anak telah mulai dilatih untuk menjalankan puasa. Bila puasa anaknya penuh, mereka tidak segan-segan untuk memberi hadiah.

Pemberian hadiah itu, kata Erny, setidaknya menjadi motivasi bagi anak-anak untuk puasa penuh lagi pada tahun berikutnya. "Sesibuk apapun, kita orang tua wajib meluangkan waktu untuk anak," tambah Dadang.

Perhatian, dengan meluangkan waktu untuk anak, tambahnya, bisa diibaratkan warisan paling berharga orang tua bagi sang anak. Karena, menurut pasangan Dadang Hawari-Erny Hawari ini, perhatian merupakan tali pengikat untuk membina hubungan psikologis antara orang tua dengan anak.

Hubungan psikologis dengan anak dijaga betul oleh kedua pasangan yang telah 38 tahun membina rumah tangga itu. Dadang Hawari juga turut mendidik anak-anaknya secara langsung. Ini dilakukan di tengah kesibukannya di bidang kedokterannya yang ditekuninya sejak 1968. Sepekan sekali, bersama sang isteri, ia meluangkan waktu untuk anak-anaknya melakukan
refreshing sekeluarga.

Seminggu sekali, sejak anak pertama masih duduk di taman kanak-kanak (TK), mereka berekreasi ke luar, makan bersama, nonton bersama, atau pergi ke tempat hiburan. Ini menjadi rutinitas mingguan wajib keluarga Dadang Hawari. Hingga sekarang, walaupun ketiga anaknya telah berkelurga, kegiatan keluarga itu masih dijalaninya, walaupun tidak sesering saat anak-anak mereka masih kecil.

Bagi Erny yang kini aktif di Dharma Wanita, pendidikan bagi anak sangat penting. Selain pendidikan formal, iapun memasukkan anaknya untuk mengikuti pendidikan non-formal. Ketiga anaknya, ketika kecil mengikuti kursus musik. Anief Hawari, dengan hobinya main bola, mengikuti sekolah musik gitar dan drum ketika kelas lima SD.

Begitu pula dengan kedua puterinya. Irawati Hawari, puteri keduanya, masuk sekolah musik (piano) ketika berusia enam tahun. Sedangkan si bungsu, Ivone Hawari, sekolah musik ketika berusia empat tahun. Si bungsu, bahkan sukses dengan hobinya main piano. "Kini ia menjadi pengajar musik piano," kata Erny kepada
Republika .

Menganggap anak sebagai teman, tambahnya, menjadi satu cara untuk membina hubungan psikologis yang baik dengan anak. Hal itu juga untuk membina saling keterbukaan dengan sang anak. Sehingga, bila ada masalah di sekolah ataupun masalah lainnya, sang anak selalu bercerita padanya. "Teman anak saya, bisa dibilang teman saya juga," ujarnya.

Sepulang sekolah semasa SMP, misalnya, Anif sering membawa teman-temannya main ke rumah. "Dan itu membuat saya lebih senang. Dari pada anak saya main ke luar, saya lebih senang kalau teman-temannya datang ke rumah," katanya.

Pernah ada teman dari puteri keduanya yang mengajak nonton anaknya. Ia pun membolehkan, dan sekeluarga menonton bersama dengannya. Hal ini dilakukan, tambah Erny, untuk menjaga hubungan yang baik pula dengan teman-teman anaknya. "Teman anak saya, ya teman kami juga," tegasnya.

Sampai sekarang, walaupun anak-anaknya sudah tidak tinggal dengannya lagi, namun teman-teman anaknya masih suka berkunjung ke rumahnya. Hal ini tidak lepas dari sikap Erny sebagai orang tua yang juga sebagai teman dari anak maupun teman anak-anaknya.

Hingga kini kedekatan dan keterbukaan itu masih terjaga. Kedekatan yang diawalinya semasa anak-anaknya kecil, dengan memberi air susu pada anak-anaknya, dirasakan benar sekarang kedekatan dengan anak-anaknya itu, meski mereka sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengannya. Seminggu sekali, anak-anaknya selalu meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumahnya. "Saya tidak pernah kesepian," tuturnya.

Kadang-kadang cucu dari anak yang pertamanya, yang bersekolah tidak jauh dari kediaman Erny, mampir. Kemudian, Anief -- anak pertamanya -- datang untuk menjemput anaknya pulang. "Bahkan, setiap pagi, anak saya yang pertama, sebelum pergi ke kantor, mampir dulu untuk pamitan pada saya," ujar Erny.

Semasa anak-anaknya sekolah, wanita yang menikah dengan Dadang Hawari 14 Februari 1965 ini selalu mengantar-jemput sekolah anak-anaknya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri baginya selama menjalani peranannya sebagai ibu rumah tangga. Dan juga menjadi salah satu cara untuk membina kedekatan dengan anak-anaknya. Menurutnya. dengan rutinitas seperti itu, menjadi salah satu jembatan komunikasi antara orang tua dengan anak, dan anak akan merasa diperhatikan oleh orang tua.

Tentang kasus kenakalan remaja yang sekarang ini banyak terjadi, seperti penggunaan obat-obat terlarang, Erny mengatakan kadang orang tua kecolongan oleh anaknya. Di rumah anaknya kelihatan baik, tapi si orang tua tidak mengetahui bagimana anaknya di luar. "Komunikasi yang dibangun mungkin kurang berjalan lancar. Karena itu, kembali lagi kepada bekal agama, yang menjadi modal utama dalam mendidik anak," katanya.

Dadang Hawari menambahkan, biasanya permasalahan anak sekarang ini, terutama remaja, kembali lagi pada bagaimana pola pendidikan yang diterapkan orang tua sewaktu dini. Selain itu, sejauh mana orang tua mampu mengikat hubungan psikologis dengan anaknya. Hubungan psikologis dengan anak sangan berperan dalam perkembangan pribadi sang anak. riya ()

AL QUR'AN Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater

AL QUR'AN
Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa

Bagaimanakah Al Qur'an menjawab perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berdampak pada kehidupan masyarakat ? Terhadap perubahan sosial tersebut yang sering diiringi oleh ketidakpastian fundamental di bidang hukum, norma, dan nilai etika kehidupan, tidak semua orang mampu menyesuaikan diri, sehingga pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit karenanya.

Dalam buku ini dikupas berbagai permasalahan kehidupan manusia; khususnya yang menyangkut kesejahteraan hidup dari sudut pandang ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) dan kesehatan jiwa dengan merujuk pada Al Qur'an dan Al Hadits. Atas dasar Al Qur'an dan Al Hadits itulah, permasalahan kehidupan manusia di zaman modern ini seperti STRES, KECEMASAN, DEPRESI, EKSISTENSI RUMAH TANGGA, NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), HIV/AIDS, MO-LIMO (Madat, Minum, Main, Maling dan Madon) dan lain sebagainya, dikaji dari dua pendekatan yaitu pendekatan ilmu pengetahuan di satu pihak dan agama di lain pihak, antara keduanya terdapat titik temu.

Dewasa ini pemisahan (dikotomi) antara ilmu pengetahuan (khususnya ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa) dengan agama tidak dianut lagi bahkan justru diintegrasikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh para pakar antara lain. (1) Ilmu pengetahuan tanpa agama sama dengan orang lumpuh, sebaliknya agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang buta ( Albert Einstein , 1952); (2) Di dalam memandu kesehatan manusia yang serba kompleks dengan segala keterkaitannya, maka komitmen agama merupakan kekuatan yang tidak dapat diabaikan ( D.B. Larson , 1992); (3) Dua institusi besar, yaitu kedokteran/kedokteran jiwa dan agama saling menarik dan mengisi secara konstruktif dan saling menghargai, masing-masing memberikan potensi pertanda kebenaran ( D.X. Freedman , 1992); (4) Agama dan ilmu kedokteran jiwa merupakan mitra dalam model penanganan penyembuhan penyakit ( D.M. Ronsheim ,1994); (5) Al Qur'an adalah “ textbook ” ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa yang terlengkap dan tersempurna di dunia. Ilmu pengetahuan adalah upaya manusia untuk mencari kebenaran, sementara Al Qur'an diturunkan sudah ada kebenaran di dalamnya, yang merupakan petunjuk Allah swt. begi umat manusia, yang berupaya mencari kebenaran itu guna mencapai kesejahteraan lahir maupun bathin ( D . Hawari , 1996).

POLIGAMI (SAH DAN TIDAK SAH)


POLIGAMI
(SAH DAN TIDAK SAH)

Prof. DR.Dr. H. Dadang Hawari, psikiater


SEJARAH
1.       Masyarakat Arab sudah melakukan poligami sebelum Islam, tanpa batas jumlah isteri.
2.   Nabi Muhammad saw hidup monogami selama 25 tahun (isteri Siti Khadidjah).
3.   Nabi Muhammad saw menjalani poligami selama 5 tahun dalam keadaan darurat
       perang (isteri pertama Siti Aisyah).
4.   Usai perang turun ayat surat An-Nisaa.
5.   Nabi Muhammad saw kembali monogami (Siti Aisyah).
6.   Nabi Muhammad saw tidak setuju Syaidina Ali melakukan poligami terhadap
      Fatimah puteri Nabi.

Ayat-Ayat
“Dan jika kamu takut  tidak  akan dapat berlaku  adil terhadap (hak-hak)  perempuan yatim (bila kamu mengawininya, maka kawinilah wanita-wanita  (lain) yang kamu senangi : dua, tiga, atau empat. Jika kamu takut  tidak akan  dapat  berbuat  adil, maka (kawinilah) seorang saja,atau budak-budak yang kamu miliki.  Yang  demikian  itu  adalah  lebih  dekat kepada tidak berbuat aniaya”.            (QS. An Nisaa, 4 : 3)

“Dan  kamu  sekali-kali  tidak  akan  dapat  berlaku adil diantara isteri-isteri(mu), walaupun kamu  sangat ingin berbuat demikian,  karena  itu janganlah  kamu  terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain”.
(QS: An Nisaa: 4: 129)

Hadits
“…Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan puteriku, kupersilakan mengawini puteri mereka”.(HR: Bukhari)

“Ada  dua  macam  nikmat  yang  kebanyakan  manusia terperdaya olehnya, yaitu nikmat sehat dan kelapangan”.(HR: Bukhari)

POLIGAMI YANG SAH :

BAB IX (Beristeri Lebih dari Satu Orang)
Pasal 55
          Beristeri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang isteri.
          Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.
          Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristeri lebih dari seorang.
Pasal 56
1.       Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus  mendapat  izin  dari  Pengadilan  Agama.
2.       Pengajuan permohonan izin pada ayat (1) dilakukan menurut tatacara sebagaimana di atur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975.
3.       Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.

Pasal 57
Pengadilan Agama  hanya  memberikan  izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:
            a. isteri tidak dapat menjalankan kewajiban           sebagai isteri;
            b. isteri    mendapat    cacad    badan    atau  penyakit yang tidak dapat 
    disembuhkan;
            c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pasal 58
            (1)  Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat
            (2)  maka  untuk  memperoleh  izin  Pengadilan   Agama, harus  pula  dipenuhi 
                   syarat-syarat  yang ditentukan pada  Pasal  5  Undang-Undang  No. 1 Tahun 
                  1974   yaitu:
                  a. adanya persetujuan isteri;
                  b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-
                      isteri dan anak-anak mereka.
(2)     Dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 41  huruf b Peraturan Pemerintah
       No. 9 Tahun 1975, persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat diberikan secara   
       tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan tertulis,  
       persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan isteri pada sidang
       Pengadilan Agama.
(3)     Persetujuan  dimaksud  pada  ayat  (1)  huruf  a tidak diperlukan bagi seorang
       suami apabila isteri atau isteri-isterinya tidak mungkin diminta
       persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian atau apabila
       tidak ada kabar dari isteri atau isteri-isterinya sekurang-     kurangnya 2 tahun
       atau karena sebab lain yang perlu mendapat penilaian Hakim.

Pasal 59

Dalam hal isteri tidak mau memberikan persetujuan, dan permohonan  izin  untuk  beristeri  lebih  dari  satu orang berdasarkan atas salah  satu  alasan  yang diatur dalam Pasal  55  ayat  (2)  dan  57,  Pengadilan  Agama  dapat menetapkan tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar isteri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama,  dan  terhadap  penetapan  ini isteri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.



POLIGAMI YANG TIDAK SAH :
Perkawinan Dibawah Tangan atau Perkawinan Siri:
diam-diam, sembunyi-sembunyi atau rahasia.
Tidak Sah karena:
a.       Dilakukan secara rahasia
b.       Tidak ada catatan pernikahan (tidak ada Buku Nikah).
c.       Tidak terbuka (tidak dipublikasi)
d.       Merupakan “akal-akalan” dengan mengatas-namakan agama.
e. Merugikan isteri dan anak-anaknya (tidak ada jaminan  hukum)
f.   Tidak konsisten dan tidak istiqomah terhadap agama.
g.  Diragukan niat poligaminya.
h.  Diragukan keaslian identitas dirinya.
i.   Tidak mampu berbuat adil terhadap isteri-isterinya dan  anak-anaknya.
j.   Tidak ada izin dari Pengadilan Agama.
k.  Tidak ada persetujuan dari isteri pertama
l.   Melanggar Undang-undang perkawinan Islam (UU No. 1
     Tahun 1974) yang sudah memuat syariat Islam didalam nya.

Manajemen Stres


Manajemen Stres

Definisi :

Stres  adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap  setiap   tuntutan   beban   atasnya   (stresor psikososial).  Gejala  stres   didominasi  oleh  keluhan-keluhan somatik.

Cemas  adalah  respons  psikologik   terhadap   setiap tuntutan  beban  atasnya  (stresor psikososial). Gejala cemas  didominasi  oleh  keluhan-keluhan  kecemasan (ketakutan, kekhawatiran dan sejenisnya).

Depresi  adalah  respons  psikologik (mood) terhadap setiap   beban  atasnya  (stresor  psikososial).  Gejala depresi   didominasi  oleh keluhan-keluhan psikologik (kesedihan, kemurungan, hilangnya  semangat hidup dan sejenisnya)

Dalam  pengalaman  praktek gejala stres, cemas dan depresi seringkali tumpang tindih.

Stresor Psikososial


a.      Perkawinan
b.      Orangtua
c.       Antar Pribadi
d.      Pekerjaan
e.      Lingkungan
f.        Keuangan
g.      Hukum
h.      Perkembangan
i.         Penyakit Fisik
j.        Faktor Keluarga
k.       Trauma


Susunan Saraf Pusat (Sistem Limbik, Sinyal Penghantar Saraf)


Kelenjar Endokrin
(Hormonal, Kekebalan)


Stres
Somatik

Cemas
Psikik

Depresi
Mood

Resiko Kepribadian :

Kepribadian  Tipe “A”  beresiko tinggi  terkena stres

Kepribadian Tipe “B” beresiko  rendah terkena stres

Kepribadian  “Pencemas”  beresiko   tinggi   terkena gangguan cemas.

Kepribadian   “Depresif”  beresiko    tinggi   terkena gangguan depresi.

Tipe Kepribadian “A” :

1.         Ambisius
2.         Kurang sabar
3.         Terlalu waspada
4.         Bicara cepat
5.         Bekerja keras
6.         Kepemimpinan otoriter
7.         One Man Show
8.         Waktu kaku/non fleksibel
9.         Pergaulan “hostile
10.    Pengaruh kaku
11.    Obsesi pekerjaan
12.    Non under control

Tipe Kepribadian “B” :

1.       Ambisi
2.       Sabar
3.       Waspada wajar
4.       Bicara kalem/tenang
5.       Bekerja santai
6.       Kepemimpinan demokratis
7. Team Work
8. Tidak tergesa-gesa
9. Mutual benefit
10. Pengaruh fleksibel
11. Non obsesi pekerjaan
12. Under control


STRES :

Enam Tahapan Stres
Stres Pada Eksekutif
Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Stresor Stres Pasca Trauma
Gejala Klinis Stres Pasca Trauma
Alat Ukur Derajat Stres
Alat Ukur Kekebalan Terhadap Stres


Stres Tahap I :

a.        Semangat bekerja berlebihan (over acting)
b.        Penglihatan “tajam”
c.        Perasaan mampu  menyelesaikan masalah berlebihan (all out)
d.    Merasa  senang  tanpa  disadari cadangan energi semakin menipis

Stres Tahap II :

a.        Letih bangun pagi
b.        Lelah sesudah makan siang
c.        Lekas capai sore hari
d.        Keluhan lambung dan perut
e.        Berdebar-debar
f.         Otot punggung dan tengkuk tegang
g.        Tidak bisa santai

Stres Tahap III :

a.       Gangguan pencernaan semakin meningkat
b.       Ketegangan otot-otot semakin terasa
c.       Ketegangan    dan   ketidak-tenangan   emosional semakin meningkat
d.   Gangguan pola tidur
e.   Koordinasi tubuh terganggu (seperti mau pingsan)

Stres Tahap IV :

a.       Bertahan sepanjang hari terasa sulit
b.       Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan, kini membosankan dan terasa sulit
c.   Tidak tanggap terhadap situasi
d.   Ketidakmampuan   melaksanakan   tugas    rutin        sehari-hari
e.   Gangguan   pola   tidur   disertai    mimpi-mimpi menegangkan
f.    Menolak ajakan
g.   Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h.   Kecemasan dan ketakutan tanpa sebab.

Stres Tahap V :

a.       Kelelahan fisik dan mental semakin menjadi
b.       Ketidakmampuan   menyelesaikan    pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana
c.   Gangguan sistem pencernaan semakin menjadi
d.   Ketakutan dan kecemasan semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

Stres Tahap VI :

a.       Debaran jantung semakin keras
b.       Nafas sesak dan megap-megap
c.       Sekujur  badan  terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d.   Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e.   Pingsan atau colaps

Reaksi Tubuh Terhadap Stres :

a.       Rambut                               i.  Sistem kardiovaskuler
b.       Mata                                   j.  Sistem pencernaan
c.       Telinga                                k. Sistem perkemihan
d.       Daya pikir                            l.  Sistem otot dan tulang
e.       Ekspresi wajah                     m.Sistem endokrin
f.        Mulut                                   n. Libido
g.       Kulit
h.       Sistem pernapasan

Alat Ukur Stres

1.       Skala Holmes :
      Di atas angka 300 dalam 1 tahun, stres

2.   Skala Miller dan Smith :
      Di atas angka 30-50 kurang kebal
      Angka 50-80 tidak kebal terhadap stres

MANAJEMEN  :

Upaya Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Terhadap Stres
Terapi Psikofarmaka
Terapi Somatik
Psikoterapi
Terapi Psikoreligius
Terapi Psikososial
Konseling

Upaya   Meningkatkan   Kekebalan   Tubuh Terhadap Stres :

1.        Makanan                                        11. Sosial ekonomi   (keuangan)  
2.        Tidur                                                 12. Kasih sayang
3.        Olah raga                                        13. Lain-lain
4.        Rokok                                           
5.        Minuman keras
6.        Berat badan
7.        Pergaulan (silaturahmi)
8.        Waktu
9.        Agama
10.   Rekreasi

Terapi  I :

1.       Psikofarmaka (obat anti cemas, anti depresi)
2.       Terapi somatik (fisik)
3.       Psikoterapi :
            a. psikoterapi suportif
            b. psikoterapi re-edukatif
            c. psikoterapi rekonstruktif
            d. psikoterapi kognitif
            e. psikoterapi psikodinamik
            f. psikoterapi perilaku
            g. psikoterapi keluarga

Terapi II :

4. Psikoreligius terapi (doa dan zikir)
5. Terapi psikososial
6. Konseling individual dan keluarga