Senin, 18 Oktober 2010

Apakah Anda Salah Satu Pengidap Penyakit Parphilia?

Apakah Anda Salah Satu Pengidap Penyakit Parphilia?

Ugeng V Vegasus 15 Oktober 2010

PARPHILIA adalah istilah klinis yang digunakan untuk menggambarkan penyimpangan seksual. Istilah ini pertama kali digunakan seorang psikoterapis bernama Wilhelm Stekel dalam bukunya berjudul “Sexual Aberrations” pada tahun 1925. PARPHILIA berasal dari bahasa Yunani, “para” berarti "di samping" dan “philia” berarti "cinta". Keadaan ini merupakan permasalahan yang menyangkut kontrol terhadap inpuls, baik secara langsung dan intens terhadap fantasi seksual, mendesak, dan situasi tertentu yang tidak lazim. Objek, aktivitas dan situasi merupakan kebutuhan bagi individu sebagai pemenuhan kebutuhan seksualnya.

Pada jenis tertentu PARPHILIA dapat digolongkan penyakit mental, karena aktivitas seks yang menyimpang dari kebiasaan normal dan terkadang bisa melalui individunya tersebut maupun orang lain. Kondisi ini erat kaitannya dengan perilaku agresif, perilaku pendiam, dan kejahatan. Beberapa jenis PARPHILIA seperti Paedophilia, Exhibitionisme, Voyeurism, sadism dan Frotteurism, digolongkan sebagai kejahatan seksual < kriminalitas >.
Berikut sebagaian dari PARPHILIA yang umum dikenal:

1. Agalmatophilia : keinginan bercinta dengan patung, boneka berbentuk manusia,dan objek manusia tak bergerak.
2. Autagonistophilia : keinginan bercinta dipanggung atau direkam kamera (seperti kasus artis Indonesia yang baru-baru ini diberitakan).
3. Autassassinophilia : keinginan bercinta saat berada dalam situasi mengancam nyawa.
4. Autoandrophilia : perempuan (sebagai subjek) membayangkan dirinya sebagai lelaki.
5. Biastophilia : keinginan bercinta dalam situasi pemerkosaan.
6. Exhibitionism : mempertunjukan alat kelamin pada orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan kenikmatan seksual
7. Fetishism : umumnya menggunakan bendaibenda khas wanita seperti bra, celana dalam untuk mendapatkan kenikmatan seksual
8. Formicophilia : keinginan bercinta sambil dirayapi serangga
9. Gynandromorphophilia : perempuan berpenis (banci) lelaki berpakaian perempuan atau tanseksual perempuan menjadi lelaki
10. Zoophilia : keinginan bercinta dengan binatang
11. Paedophilia : keingina bercinta dengan anak dibawah umur
12. Voraraphilia : memakan atau dimakan orang lain, biasanya per bagian (joinan makanan/minuman/bergantian tempat makan/minuman)
13. Sthenolagnia : keinginan bercinta dengan orang yang berotot
14. Telephon scatologia : seksual harrasment dengan menelpon, terutama kepada orang tak dikenal ( banyak iklannya di media cetak)
15. Voyeurism : ingin melihat orang lain ketika sedang telanjang atau berhubungan intim tanpa sepengetahuan orang tersebut (mengintip).

Apakah anda termasuk salah satunya di antara 15 point tersebut? Jika ada salah satunya, dihimbau agar segera dapat merubah dan memperbaiki kebiasaan tersebut, karena jika tidak anda termasuk salah satu orang yang menderita penyakit kejiwaan.

{Pria lebih banyak memiliki fantasi terhadap subjek dan situasi tertentu dalam kegiatan seksual dibandingkan wanita}

Terima kasih dan semoga bermanfaat bagi pembaca


14 Oktober 2010 - Sugeng haryadi
(Dikutp dari majalah GGOODLIFE Juli 2010)

Senin, 11 Oktober 2010










Bersama Ramadhan

Bersama Ramadhan
 

Salam Pencari Makna

Waktu telah menghantarkan kita untuk mengarungi kehidupan. Masih kita mengingat saat kita mudik lebaran, saat kita bercengkrama bersama keluarga. Tidak terasa hari ini Ramadhan yang kita nantikan telah ada bersama kita kembali. Tentunya hanya ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita yang tidak diberikan kepada setiap manusia, terutama bagi orang-orang yang telah meninggalkan kita.


Sebuah hadits Rasulullah SAW, yang artinya; "Barang siapa bahagia dengan datangnya ramadahan. Maka aku (Allah) Haramkan baginya dari api neraka". Hadis ini memberikan insfirasi kepada kita, bahwa betapa agung dan mulianya ramadahan bagi umat Nabi Muhammad dan bagi Allah SWT.

Jika kita mau memaknai hadits diatas, terdapat kata kunci yaitu "bahagia". Dalam ilmu kejiwaan, rasa bahagia tidak datang dengan sendirinya atau tanpa sebab. Jika ada manusia yang merasa bahagia dan tidak bisa menjawab alasan dia kenapa bahagia. Maka mereka dikatakan sebagai orang berkelainan mental atau bahkan sakit jiwa; seperti halnya orang gila yang tertawa dan tida bisa menjelaskan kenapa dia ketawa.

Begitu juga dengan hadits diatas, jika kita tidak ingin di katagorikan sebagai "orang gila" ketika ditanya apakah bahagia dengan datangnnhya Ramadhan? lalu kita jawab serempak dengan ucapan; "bahagia". lalu kita tidak bisa menjelaskan kenapa kita bahagia dengan datangnya Ramadhan. Maka dengan demikain mari kita temukan arti kebahagiaan yang ditawarkan kepada kita dengan datangnnya Ramadan. Kita maknai sehingga ramadan yang kita lalui membuahkan makna bagi perjalanan kehidupan kita menuju Allah SWT.

Memahami Karakter Unik Pria


Memahami Karakter Unik Pria

SELAIN sisi baik makhluk yang bernama laki-laki, bagi sebagian kaum hawa, laki-laki adalah makhluk yang sangat mementingkan egonya sendiri. Kebanyakan dari laki-laki selalu berpikir dengan logikanya dalam menghadapi semua bentuk permasalahan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan para perempuan yang lebih mengedepankan perasaan. Penyelesaian masalah dengan mengutamakan logika memang tepat pada masalah-masalah tertentu. Namun, beda halnya jika yang dihadapi adalah masalah yang lebih membutuhkan rasa emosional, maka penyelesaian dengan logika akan menambah runyam.

Ilustrasi di atas hanya bagian sedikit dari keanehan laki-laki versi perempuan. Dan masih banyak hal lainnya yang terkadang membuat orang yang belum memahami laki-laki akan memandang bahwa laki-laki adalah makhluk yang sangat menyebalkan. Benarkah?

Mengenal dan tahu adalah strategi utama untuk bisa memahami orang lain. Begitu juga ketika kita menjadi orang di luar diri laki-laki dan ingin memahami segala tingkah "aneh" yang dihasilkannya. Memahami laki-laki tidak bisa hanya dengan melihat kebiasaan dan mengenaralisasinya. Melihat lingkungan dan merasakan pengaruhnya terhadap perilaku serta karakter mereka sebenarnya belum juga cukup untuk menyimpulkan dan kemudian memberikan nilai terhadap mereka.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekhasan yang dimiliki laki-laki terbentuk dari hormon-hormon pendukung yang terkandung di dalam tubuh mereka. Naluri kelelaki-lakian yang menghasilkan perilaku yang identik dengan penonjolan kekuatan fisik telah teridentifikasi berdasarkan hormon-hormon yang secara kodrati telah ada di diri setiap laki-laki.

Buku Male Brain yang dikarang oleh Louann Brizendine mengulas secara ilmiah mengapa laki-laki memiliki karakter keras dan berjiwa lebih kompetitif dibanding dengan perempuan. Karakter khas laki-laki dibahas di sini secara rinci pada setiap fase kehidupan sejak bayi hingga menjadi laki-laki pada fase andropause. Buku ini menjelaskan bahwa struktur otak dan biologi hormonal yang unik di dalam laki-laki menghasilkan realitas laki-laki yang unik di setiap fase kehidupan. Ia memberikan gambaran di balik layar otak bocah laki, remaja laki-laki, laki-laki dewasa, ayah, dan seorang kakek.

Buku ini memberikan pencerahan pemahaman kita terhadap laki-laki dalam kehidupannya sehari-hari. Kita sering kali tidak memahami mengapa anak laki-laki bertingkah sangat agresif dan lebih memilih permainan yang bersifat mobile. Ternyata hal tersebut karena otak anak laki-laki diprogram untuk bergerak, menggerakkan benda, dan melihat benda-benda bergerak. Begitu juga kita terkadang merasa sangat disebalkan dengan tingkah anak remaja laki-laki yang cenderung merusak dan bebas dengan dunianya sendiri. Dalam buku ini dijelaskan bahwa kecenderungan tersebut karena secara hormonal, otak mereka tidak dibuat untuk berpikir ke masa depan. Pada masa transisi tersebut, sebenarnya mereka sedang mencari jati diri dengan penyesuaian menuju ke kehidupan laki-laki dewasa.

Begitu juga sifat agresif laki-laki pada hal yang berkaitan dengan seksualitas, jika dibanding perempuan di mana dengan buku ini kita bisa memahaminya secara ilmiah. Faktanya memang ternyata laki-laki memiliki ruang otak 2,5 kali lebih luas yang ditunjukan untuk hasrat seksualitas di dalam hipotalamus mereka.

Selain contoh di atas, masih banyak pembahasan mengenai karakter khas yang dimiliki oleh laki-laki dari masa anak-anak sampai usia tua. Yang menarik lagi di sini juga dibahas kecenderungan karakter laki-laki homoseksual dibandingkan dengan laki-laki normal. Pembahasan ini menjadikan buku ini terasa sangat komprehensif mendalami karakter laki-laki dari sisi pandang ilmiah.

Didasarkan pada pengalaman klinis selama 25 tahun dari penulis adalah kelebihan tersendiri dari buku ini. Artinya buku ini dibuat tidak berdasarkan imajinasi dan pengamatan secara dangkal. Justru buku ini sangat ilmiah dengan dukungan data-data penelitian. Sebagai dokter ahli syaraf, penulis sangat piawai dalam menyampaikan permasalahan terkait ditambah lagi beliau telah memiliki klinik Women and Hormone yang kemudian klinik tersebut dianggap sebagai “laboratorium” tambahan dari penelitinya.

Secara fisik buku ini berpenampilan menarik dengan sampul putih cerah. Baris antar kalimat tidak begitu sempit dengan pilihan huruf yang menyamankan mata. Alur dari buku ini juga tersusun secara sistematis sehingga sangat membantu pembaca dalam memahami isi buku.

Hal yang mungkin bisa menjadi nilai kurang dari buku ini adalah penyamaan karakter manusia dengan hewan di mana hewan dijadikan sebagai pembanding manusia pada objek-objek penelitiannya. Bagi sebagian orang, ini bisa dijadikan masalah tersendiri. Penyamaan manusia dengan hewan terkadang dianggap sebagai perbuatan yang tidak etis.

Namun, demikian buku ini sangat bagus sebagai penambah wawasan bagi siapa pun. Bagi ibu yang ingin memahami sifat nakal anak laki-lakinya, bagi istri yang ingin mengetahui lebih dalam tentang agresivitas otak seks suaminya, atau bagi seorang anak yang ingin belajar tentang naluri melindungi yang dimiliki oleh ayahnya. Buku ini mengulas begitu lengkap.

Novel Em Alam,
Alumni FHUI, Asisten Peneliti
di UI.

NB:

“Dr Brizendine telah menghadirkan sederet bukti kuat sekaligus cara penyampaian yang menghibur untuk mengupas tuntas otak laki-laki sejak bayi hingga tua. Anda akan mendapatkan banyak tip agar bisa memahami, menghargai, dan dapat bekerjasama dengan laki-laki di dalam hidup anda.”

(Helen Fisher, Ph.D, penulis Why Him? Why Her?)

Madani FC Membalik Keadaan


Berita Olah Raga Madani Online

Madani FC Membalik Keadaan

BOGOR – MADANI ONLINE Sorak-sorai para pendukung tuan rumah, Kedhaton Parahita Futsal Club (FC), tiba-tiba terhenti begitu skor yang pada babak pertama 2-1, berbalik menjadi 3-6.

Pertandingan futsal yang diadakan oleh Pusat Rehabilitasi Kedhaton Parahita diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember. Selain pertandingan futsal, ada juga voli, badminton, dan bola basket.

Sebagai salah satu undangan, Madani Mental Health Care turut hadir. Pertandingan futsal diselenggarakan di Gedung Olah Raga (GOR) Kedhaton Parahita Sentul Selatan Bogor (25/9). Pertandingan akhir hari ini mempertemukan Madani FC versus Kedhaton Parahita FC. Babak pertama berakhir dengan skor 2-1 untuk keunggulan tuan rumah.

Babak kedua baru saja dimulai. Pemain bertahan Madani FC, Surinto melakukan gol bunuh diri. Skor pun berubah menjadi 3-1. Dengan waktu yang tersisa, Madani FC terus berusaha mengejar ketertinggalan. Usahanya pun tidak sia-sia.

10 menit sebelum pertandingan berakhir, skor berbalik 3-6 untuk keunggulan Madani FC. Sorak-sorai para pendukung yang sejak awal membahana di GOR tersebut tiba-tiba menjadi sepi. Kekecewaan menyelimuti segenap hati para pendukung tuan rumah. Madani FC pun melaju ke babak selanjutnya yang digelar pada Minggu (10/10). (MOEIS)

Silaturahmi Madani ke Kediaman Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari


Berita Madani Online

Silaturahmi Madani ke Kediaman Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari

JAKARTA, MADANI ONLINE   Sebagai sebuah oleh-oleh yang sangat berharga dari seminar yang diikuti Psikiater Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari di Beijing, ia menyampaikan bahwa terapi agama memegang peranan yang sangat penting dalam meminimalisir terjadinya bunuh diri (suicide). 

Hal tersebut ia sampaikan pada acara kunjungan konselor, staf, dan santri Madani Mental Health Care (MMHC) di Kediaman Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari yang berada di Perumahan Tebet Mas Indah E-5 Jl. Tebet Barat I Jakarta (20/9).

Sebanyak 17 orang yang terdiri dari konselor, staf, dan santri MMHC tiba di kediaman Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari pada pukul 16.00 WIB. Mereka adalah Ust. Darmawan, Ustzh. Yuli, Ust. Jami Hadi Wibowo, Ust. Ginanjar Maulana, Ust. Faisal, Ust. Heria Widya, Ust. Sugeng Haryadi, Ust. Taufik Permadi, Ust. Syamsul, Ust. Mohamad Istihori, Ar Razi Fandysila, Rendy, Hendy, Ust. Ade, Fahruddin, dan Ust. Rinto

Acara silaturahmi tersebut dibuka dengan pembacaan surat al Fatihah yang dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci al Quran yang dibacakan oleh Ust. Syamsuludin S. Sos. I. Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari sendiri langsung menyampaikan sambutan sebagai tuan rumah. Dalam sambutan tersebut, secara spontan, juga berlangsung obrolan hangat dan berjalan dengan santai meski membicarakan masalah-masalah yang serius.

Ust. Darmawan menyampaikan sambutan mewakili lembaga MMHC. Dalam sambutannya Ketua Yayasan Madani Mental Health Care itu menyampaikan bahwa MMHC saat ini semakin mengalami kemajuan yang cukup signifikan meski ada beberapa hal yang menjadi kendala.

Beberapa maksud dan tujuan pun disampaikan oleh Ustadz yang akrab disapa Usdar itu. “Acara ini sengaja kami selenggarakan untuk menjalin silaturahmi antar konselor, staf, dan santri Madani dengan keluarga besar Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, menyatukan dan memperteguh kembali visi dan misi Madani demi meningkatkan kinerja dan pelayanan Madani kepada seganap santriny, sebagai ajang tukar pendapat antara konselor, staf, dan santri Madani dengan Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, dan untuk menambah wawasan serta pengetahuan para konselor dan staf Madani dalam penanganan korban NAZA dan Skizofrenia.” (MOEIS)

Kamus Istilah Narkoba


Sadar, No. 22/11/2008

referensi keluarga

Kamus Istilah Narkoba

1. Circumstansial Situasional: Penyalahgunaan narkoba hanya dilakukan ketika remaja sedang menghadapi masalah pribadi.

2. Community Based: Kegiatan/aktivitas/program yang dilakukan/bertumpu oleh/dalam masyarakat itu sendiri.

3. Compaigning Strategy: Strategi kampanye (mengenalkan bahaya penyalahgunaan)

4. Compulsifed: Remaja penyalahguna narkoba mengkonsumsi narkoba dengan pola kecanduan.

5. Demand Reduction: Pengurangan permintaan. Pencegahan penggunaan narkoba ilegal. Beberapa pendekatan pencegahan termasuk; 1) memberi pendidikan dan informasi yang mendidik pada masyarakat umum, kaum muda (progam dalamsekolah) dan pengguna narkoba, agar orang dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi mengenai cara hidup yang sehat; 2) terapi ketergantungan untuk pengguna narkoba termasuk detoksifikasi (jika pantas berada di bawah pengawasan medis), terapi pemeliharaan metadon dan rehabilitasi secara sosial dengan mendorong kemungkinan kerja dan memadukannya kembali pada masyarakat; 3) pengembangan komunitas yang menghadapi masalah kemiskinan, kesempatan ekonomis dan memadukan orang dalam bentuk sosial yang berarti.

6. Detoksifikasi: Program yang diawasi media untuk pengguna narkoba waktu mereka disapih dari ketergantungan narkobanya. Dapat dilaksanakan dalam lembaga, sebagai pasien rawat inap, dalam komunitas, atau di rumah.

7. Drug Addiction: Kondisi di mana seseorang merasa tergantung pada obat tertentu, melebihi dosis yang ditentukan.

8. Drug Demand Reduction: Pencegahan penggunaan narkoba ilegal.

9. Experimental Stage: Tahapan pemula/coba-coba bagi penyalahguna.

10. Family Supporting Group: Kelompok keluarga yang saling membantu dalam memberi dukungan untuk mengatasi masalah narkoba.

11. Half Way House: Metode penyembuhan bagi penyalahguna tanpa harus menjadi pasien rawat inap.

12. Harm Reduction: Pengurangan dampak buruk. Definisi yang diterima secara umum belum muncul, namun unsur pokok yang umum adalah mengurangi dampak penggunaan narkoba yang bahaya atau merugikan tanpa harus mengurangi penggunaan narkoba.

Merintis Kajian Psikologis


Merintis Kajian Psikologi

PARA SUFI DAN FILSUF
MEMBERI
SUMBANGSH DALAM
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI.

Oleh: Yusuf Assidiq

RAHASIA jiwa mengantarkan manusia kepada sebuah pengetahuan. Minat besar terhadap jiwa juga berkembang di dunia Islam. Yang pada akhirnya, ilmu tersebut popular dengan nama psikologi, yang berasal dari bahas Yunani. Psikologi bermakna ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

Ilmu ini terus mengalami perkembangan. Salah satu penyebabnya adalah para cendikiawan Muslim yang memandang psikologi atau ilm an-nafsiat sebagai disiplin ilmu yang penting. Bahkan, mereka melangkah lebih jauh dengan mengembangkan pengetahuan tentang pengobatan penyakit jiwa.

Tokoh Muslim legendaris Al Kindi dikenal sebagai psikolog muslim pertama. Sedangkan, At Tabari merupakan sosok yang merintis penerapan psikoterapi. Bahkan, langkah At Tabari ini diiringi dengan pembukaanb fasilitas di rumah sakit yang menangani psikoterapi. Selanjutnya, keberadaan fasilitas itu menjadi model.

Literatur psikologi Islam mengistilahkan jiwa dengan an-nafs atau ar ruh. Kajian ini juga mencakup hal yang berkaitan dengan intelektual (al-aql), hati (qalb), serta kehendak (iradah). Semua itu dianggap sebagai aspek utama pada perilaku kejiwaan manusia dalam membentuk kualitas diri demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berbeda dengan cendikiawan Barat, konsep psikologi Islam sangat menekankan hakikat ilahiyah. Seluruh unsur kejiwaan, seperti moral, fitrah, dan spiritualitas, harus berada pada koridor nilai-nilai al Quran dan Sunah Nabi Muhammad SAW.

Calvin S Hall dan Gardner Lindzey dalam bukunya Teori-teori Psikodinamik mengatakan, berpijak pada hal-hal yang disebutkan di atas, sumbangsih para sufi tak bisa dinafikan dalam pengembangan psikologi di kalangan umat Islam. Dalam beberapa hal, mereka telah bertindak sebagai psikolog terapan.

Hal dan Lindzey melihat adanya benang merah antara tasawuf dan psikologi. “Tasawuf merupakan dimensi esoteris, atau batiniah dalam Islam, yang mengurai struktur jiwa, penyakit jiwa, dan terapinya, serta proses penyucian jiwa dan cara menjaga kesehatan mental,” papar mereka.

Dalam pemikiran psikologi yang berkembang di antara kaum sufi, dinyatakan bahwa an-nafs berada pada tingkatan paling dasar dalam diri manusia. Di atasnya terdapat qalb serta ar-ruh. Ketiganya adalah pondasi mental spiritual. Tokoh sufi terkemuka yang berkontribusi dalam psikologi adalah Ja`far as-Sadiq (702-765).

Nama lengkapnya ialah Ja`far bin Muhammad as-Sadiq. Dia lahir di Madinah, dan sangat dihormati oleh semua kalangan. Kepakarannya mencakup berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu agama seperti al Quran, hadits, serta ilmu sains, misalnya matematika, filsafat, astronomi, kedokteran, dan kimia.

Ia memandang bahwa nafs bisa menghadirkan sifat zalim. Sedangkan, qalb mengarah pada unsur moderat atau muqtasid, dan ar-ruh mengacu pada Sang Mahakuasa (Sabiq). As Sadiq menjelaskan, sifat zalim membuat seseorang menyembah Tuhan demi kepentingan sendiri. Melalui unsur muqtasid, seseorang mencintai Tuhan dengan hati.

Sementara itu, keberadaan sabiq membimbing orang untuk mencurahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan. Konsep yang diletakkan Sadiq, diikuti oleh al-Bistami, Hakim, at-Tirmidzi, dan Ibnu Junayd. Psikolog lainnya, al-Kharraz, lantas menambahkan elemen baru, yakni tab`, atau fungsi alamiah manusia.

Kaum sufi sering menyertakan pula aspek sirr, bagian dari jiwa yang berisi pengalaman ruhaniah. Di sisi lain, as-Sadiq menuturkan bahwa aql merupakan benteng dari penyimpangan nafs dan qalb. Dengan benteng ini, insting rendah manusia tak akan mampu mengganggu kemurnian jiwa.

Para filsuf Muslim pun terjun dalam pemikiran psikologi. Mereka tentu memiliki cara pandangnya sendiri. Dalam karyanya, mereka menuliskan metode terapi kejiwaan dan mental. Al Kindi, figur yang menguasai beragam ilmu pengetahuan, merupakan salah satu faktor penting yang mengembangkan psikologi di kalangan filsuf.

Karya fenomenalnya berjudul First Philoshopy berisi telaah tentang penyebab gangguan jiwa, antara lain rasa sedih dan putus asa. Tetapi, dia berpendapat masalah kejiwaan itu dapat dipulihkan kembali melalui metode terapi yang tepat. Dia juga menggarisbawahi bahwa gangguan jiwa bisa dialami siapapun.

Ikhwan as-Safa, kelompok persaudaraan para filsuf dan pemikir yang ada pada abad ke-10, juga membicarakan jiwa, otak, dan pikiran. Mereka mempunyai pandangan berbeda dengan filsuf Yunani kuno, Aristoteles, yang menempatkan hati sebagai organ manusia paling utama.

Ikhwan as-Safa memandang, otaklah yang merupakan organ paling vital. Sebab, otak bertanggung jawab atas berfungsinya aspek persepsi maupun pemikiran seseorang. Sementara itu, dokter Muslim bernama an-Naysaburi (wafat 1016 M) menulis buku berjudul Kitab al-Uqala al-Majanin.

Ia mencantumkan istilah mahwus untuk pasien yang mengalami delusinasi dan halusinasi. Ia memaparkan secara filosofis fenomena kemarahan dan kelakukan yang kurang waras. Menurut dia, kehidupan adalah semacam percampuran antara unsur yang saling berlawanan, seperti sehat dan penyakit.

Literatur filsafat lain, yakni Tahzib al-Akhlaq, yang disusun Ibnu Miskawayh (941-1030). Ia menuliskan soal ketakutan dan kematian, serta konsep-konsep moral. Termasuk menekankan pada kegiatan filantropis, bisa melalui derma atau menunaikan kewajiban zakat untuk membersihkan harta.

Begitu pula cendikiawan legendaris al-Ghazali (1058-1111), yang berbicara mengenai hakikat diri serta penyebab penderitaan atau kebahagiaan. Dia memaparkan istilah qalb (hati), ruh, nafs (jiwa), dan aql (intelektualitas). Al-Ghazali yang di dunia Barat dikenal dengan nama Algazel berkata, ada dua jenis penyakit, yakni fisik dan spiritual.

Penyakit spiritual dinilai paling berbahaya karena bisa menjauhkan seseorang dari Sang Pencipta. Untuk mengenai penyakit ini, al-Ghazali mengajukan konsep terapi berlawanan, misalnya, ketidakacuhan dengan pengajaran atau benci dengan cinta.