Senin, 08 November 2010

Tak Benar, Kondom Mendorong Seks Bebas

Dadang Hawari - Tak Benar, Kondom Mendorong Seks Bebas

Sumber SatuDunia

E. Haryadi

Jakarta, SatuDunia. Pernyataan Prof. Dr. Dadang Hawari bahwa kondom tidak efektif mencegah penularan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS dianggap menyesatkan. Apalagi, bila ada anggapan kondom justru mendorong seks bebas.

Pernyataan itu mengemuka dalam diskusi efektivitas kondom dalam pencegahan HIV/AIDS di Jakarta pekan lalu. Diskusi yang digelar Komisi Penanggulangan AIDS Jakarta itu menghadirkan Direktur Yayasan Kusuma Buana dr. Adi Sasongko, Direktur LSM Infokespro Syaiful W. Harahap, dan aktivis Kantor Aksi Penanggulangan AIDS (Kapeta) Aziza.

Diskusi itu sendiri dipicu oleh pernyataan Prof. Dr. Dadang Hawari di harian Radar Banten, 11 September 2007. Psikiater sekaligus penceramah itu kepada wartawan mengungkapkan keraguannya tentang efektivitas kondom mencegah HIV/AIDS karena tingkat kebocorannya tinggi.

“Yang bilang kondom aman 100 persen itu menyesatkan,” terang psikiater Prof Dr dr Dadang Hawari saat memberikan penyuluhan bahaya narkoba dan HIV/AIDS pada ratusan pelajar, di Alun-alun Barat Serang, Senin (10/9).

Selain itu, ada anggapan kondom juga sering dinilai mendorong seks bebas.

Kondom Berpori
Menurut dr. Adi Sasongko, pernyataan Dadang Hawari itu menyesatkan. Bila tak segera diluruskan, ia khawatir pendapat itu semakin memperkecil partisipasi publik dalam penggunaan kondom yang sampai sekarang pun masih tetap rendah. Akibatnya, penyakit IMS dan HIV/AIDS bakal semakin berkembang cepat.

Menurut dr. Adi Sasongko, meski tidak 100% aman, kondom merupakan satu-satunya alat pencegahan yang selama ini terbukti efektif untuk membendung percepatan penyebaran virus HIV. Karena itu, ia membantah asumsi kebocoran itu karena kondom memiliki pori-pori.

Menurut laporan Consumer Report tahun 1999, kata Adi, kondom lateks yang diregang dan diperiksa dengan mikroskop elektron dengan pembesaran 30.000 kali tidak memperlihatkan adanya pori-pori dalam kondom.

Selain itu, kata Adi, laporan penelitian New England Journal of Medicine edisi 11 Agustus 1994 menunjukkan fakta menarik.

Dari penelitian terhadap 254 pasangan yang salah satunya terinfeksi HIV, pada 124 pasangan yang konsisten menggunakan kondom tidak ditemukan adanya penularan. Sementara, pada 121 pasangan lain yang tidak konsisten menggunakan kondom ditemukan penularan HIV pada 12 orang.

Hasil evaluasi ‘Cohrane Review’ tanggal 25 Mei 2001 juga menyimpulkan, penggunaan kondom secara konsisten mempunyai kemampuan mencegah transmisi HIV dengan efektivitas 80%. Evaluasi ini dilakukan terhadap 4.709 publikasi ilmiah mengenai efektivitas kondom.

“Walaupun tidak memberikan jaminan 100%, jika digunakan secara benar dan konsisten, kondom efektif untuk mencegah IMS dan AIDS,” kata dr Adi.

Seks Bebas
Sementara itu, pengamat media Syaiful W. Harahap menyesalkan para wartawan yang begitu saja mengambil mentah-mentah pernyataan narasumber tanpa sikap kritis. Salah satunya adalah pernyataan bahwa penggunaan kondom dapat mendorong seks bebas.

“Tidak ada kaitan antara seks bebas atau penzinah dengan kondom,” tegasnya. Sebab, kata Syaiful, seks bebas sudah ada sebelum kondom. Dan sampai sekarang tidak ada penzinah yang mau menggunakan kondom, apalagi jika dia harus membayar pekerja seks komersial dengan tarif 1.000 dolar AS.

Karena itu, Syaiful menilai sebuah kekeliruan karena mencampuradukkan HIV/AIDS sebagai fakta medis dan fakta moral.

“Bila komunitasnya belum tertular, silakan bicara moral sebagai cara pencegahan. Namun, bila komunitasnya sudah tertular, maka kita harus bicara HIV sebagai fakta medis. Termasuk pencegahannya, dengan penggunaan kondom,” paparnya.

Sebab, kata Syaful, bila jurnalis menulis HIV/AIDS sebagai fakta moral, hal ini akan menimbulkan bias. Akibatnya yang mencuat adalah mitos (anggapan keliru) di masyarakat. Padahal, kata Syaiful, Indonesia kini termasuk negara nomor tiga dalam kecepatan penambahan kasus infeksi HIV baru di Asia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar