Senin, 08 November 2010

Sebuah Buku Karya Orang Dengan Skizofrenia

Sebuah Buku Karya Orang Dengan Skizofrenia

Anta Samsara, saya kenal dia di dunia maya karena kami sama-sama mengalami problem psikologis walaupun dengan jenis yang berbeda. Meski belum pernah bertemu langsung di dunia nyata, kami suka saling berbagi cerita tentang derita psikologis yang kami alami. Melalui jalan yang berbeda kami mencari solusi penyembuhan untuk diri kami masing-masing.

Seperti air sungai yang mengalir dan memberi manfaat kepada apa pun yang di laluinya sebelum akhirnya sampai di lautan luas. Begitu pula Anta Samsara, dalam menjalani proses panjang penyembuhan derita jiwanya dia sangat aktif membantu orang-orang yang mengalami problem psikologis seperti dirinya. Dia berbagi pengalaman dan pengetahuanya melalui berbagai media, ruang seminar dan organisasi.

Dia mencatat perjalanan panjang derita jiwanya dengan tekun dan penuh dedikasi. Catatan-catatannya itu lalu dihimpunya menjadi sebuah naskah yang saat ini telah terbit menjadi sebuah buku berjudul “Gelombang Lautan Jiwa”. Di bawah ini adalah sinopsis buku tersebut.

Gelombang Lautan Jiwa, Sebuah Psikomemoar

Sinopsis

Oleh : Anta Samsara

Anta Samsara berada dalam sebuah ruangan rumah sakit, ia antara sadar dan tidak. Ia baru saja menelan puluhan antipsikotik dan anti-kecemasan, Ia bunuh diri dengan obat yang diresepkan oleh dokternya. Ia berada dalam keadaan amat depresi dan merasa tak lagi punya harapan. Namun Tuhan tak mengizinkannya untuk meninggalkan dunia ini, dan ia harus terus hidup menganggungkan derita.

Anta Samsara adalah penderita skizofrenia yang mendengar suara-suara yang mengejeknya. Ia mengalami ujian hidup semenjak ia masih dalam kandungan. Ia coba digugurkan oleh ibunya karena kemiskinan, akan tetapi adalah kehendak Tuhan yang membuatnya terus tumbuh dan lahir ke dunia.

Ia mengalami gejala awal skizofrenia semenjak masa sekolah, termasuk berusaha bunuh diri karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perjalanan jiwa dan ketidakmengertian keluarga membuatnya terombang-ambing dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

Ia pernah berobat ke beberapa paranormal. Namun hal itu membuatnya malah semakin terpuruk semakin dalam di jurang skizofrenia. Di tempat pengobatan tradisional itu, ia malah menyaksikan banyak tindakan penyembuhan yang tidak manusiawi, seperti misalnya tendangan yang ditujukan kepada mereka yang tidak mau mandi, atau pengurungan dalam sel 2X1 meter hanya karena stigma bahwa mereka berbahaya. Ia kabur pada suatu dini hari dari paranormal yang merawatnya itu.
Akhirnya ia memutuskan bahwa ia hanya akan berobat ke medis, karena ia menyadari bahwa perlakuan di institusi medis lebih manusiawi daripada di pengobatan tradisional. Lagipula dari informasi yang ia dapatkan dari berbagai sumber ia mengetahui bahwa skizofrenia adalah penyakit medis dan bukan disebabkan oleh gangguan gaib.

Kesembuhan tidak datang begitu saja dengan mudahnya. Ia kerapkali gagal dan terkadang menyerah. Perjalanan pemulihannya adalah sebuah evolusi yang berjalan tidak dengan tiba-tiba. Pada tahun 2008 ia bertemu dengan beberapa orang yang empatik dan mendirikan Perhimpunan Jiwa Sehat. Ternyata apa yang ia derita kemudian dapat dibagi dengan orang lain yang sama-sama mengalami.

Karena mendapat dukungan yang memadai, terutama setelah aktif dengan berbagai aktivitas di dalam Perhimpunan Jiwa Sehat, ia mulai merasakan perbedaan yang menyolok dengan masa-masa sebelumnya. Ia kini dapat berpikir dengan jernih akan apa yang terjadi dengan kehidupannya di masa lalu. Ia dapat merenung dan akhirnya pada suatu hari ia menemukan filosofi baru yang membuatnya tidak pernah sama dengan dirinya sebelumnya. Ia berkesimpulan bahwa setiap petaka dalam hidup memiliki hikmah. Ia berkesimpulan bahwa sebenarnya “derita bukanlah bencana, akan tetapi merupakan pengalaman bermakna”.

Membaca psikomemoar ini Anda akan menyadari bahwa perjalanan penderita skizofrenia dapat mengarah ke timbulnya pandangan hidup yang baru, walaupun ia hingga kini masih jadi pendengar halusinasi suara. Ternyata ada sisi baik dari gangguan jiwa, yang mungkin tidak dialami oleh semua orang. Perjalanan jiwa dapat bermuara pada suatu psikologi positif dalam menjalani kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar