Memahami Karakter Unik Pria
SELAIN sisi baik makhluk yang bernama laki-laki, bagi sebagian kaum hawa, laki-laki adalah makhluk yang sangat mementingkan egonya sendiri. Kebanyakan dari laki-laki selalu berpikir dengan logikanya dalam menghadapi semua bentuk permasalahan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan para perempuan yang lebih mengedepankan perasaan. Penyelesaian masalah dengan mengutamakan logika memang tepat pada masalah-masalah tertentu. Namun, beda halnya jika yang dihadapi adalah masalah yang lebih membutuhkan rasa emosional, maka penyelesaian dengan logika akan menambah runyam.
Ilustrasi di atas hanya bagian sedikit dari keanehan laki-laki versi perempuan. Dan masih banyak hal lainnya yang terkadang membuat orang yang belum memahami laki-laki akan memandang bahwa laki-laki adalah makhluk yang sangat menyebalkan. Benarkah?
Mengenal dan tahu adalah strategi utama untuk bisa memahami orang lain. Begitu juga ketika kita menjadi orang di luar diri laki-laki dan ingin memahami segala tingkah "aneh" yang dihasilkannya. Memahami laki-laki tidak bisa hanya dengan melihat kebiasaan dan mengenaralisasinya. Melihat lingkungan dan merasakan pengaruhnya terhadap perilaku serta karakter mereka sebenarnya belum juga cukup untuk menyimpulkan dan kemudian memberikan nilai terhadap mereka.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekhasan yang dimiliki laki-laki terbentuk dari hormon-hormon pendukung yang terkandung di dalam tubuh mereka. Naluri kelelaki-lakian yang menghasilkan perilaku yang identik dengan penonjolan kekuatan fisik telah teridentifikasi berdasarkan hormon-hormon yang secara kodrati telah ada di diri setiap laki-laki.
Buku Male Brain yang dikarang oleh Louann Brizendine mengulas secara ilmiah mengapa laki-laki memiliki karakter keras dan berjiwa lebih kompetitif dibanding dengan perempuan. Karakter khas laki-laki dibahas di sini secara rinci pada setiap fase kehidupan sejak bayi hingga menjadi laki-laki pada fase andropause. Buku ini menjelaskan bahwa struktur otak dan biologi hormonal yang unik di dalam laki-laki menghasilkan realitas laki-laki yang unik di setiap fase kehidupan. Ia memberikan gambaran di balik layar otak bocah laki, remaja laki-laki, laki-laki dewasa, ayah, dan seorang kakek.
Buku ini memberikan pencerahan pemahaman kita terhadap laki-laki dalam kehidupannya sehari-hari. Kita sering kali tidak memahami mengapa anak laki-laki bertingkah sangat agresif dan lebih memilih permainan yang bersifat mobile. Ternyata hal tersebut karena otak anak laki-laki diprogram untuk bergerak, menggerakkan benda, dan melihat benda-benda bergerak. Begitu juga kita terkadang merasa sangat disebalkan dengan tingkah anak remaja laki-laki yang cenderung merusak dan bebas dengan dunianya sendiri. Dalam buku ini dijelaskan bahwa kecenderungan tersebut karena secara hormonal, otak mereka tidak dibuat untuk berpikir ke masa depan. Pada masa transisi tersebut, sebenarnya mereka sedang mencari jati diri dengan penyesuaian menuju ke kehidupan laki-laki dewasa.
Begitu juga sifat agresif laki-laki pada hal yang berkaitan dengan seksualitas, jika dibanding perempuan di mana dengan buku ini kita bisa memahaminya secara ilmiah. Faktanya memang ternyata laki-laki memiliki ruang otak 2,5 kali lebih luas yang ditunjukan untuk hasrat seksualitas di dalam hipotalamus mereka.
Selain contoh di atas, masih banyak pembahasan mengenai karakter khas yang dimiliki oleh laki-laki dari masa anak-anak sampai usia tua. Yang menarik lagi di sini juga dibahas kecenderungan karakter laki-laki homoseksual dibandingkan dengan laki-laki normal. Pembahasan ini menjadikan buku ini terasa sangat komprehensif mendalami karakter laki-laki dari sisi pandang ilmiah.
Didasarkan pada pengalaman klinis selama 25 tahun dari penulis adalah kelebihan tersendiri dari buku ini. Artinya buku ini dibuat tidak berdasarkan imajinasi dan pengamatan secara dangkal. Justru buku ini sangat ilmiah dengan dukungan data-data penelitian. Sebagai dokter ahli syaraf, penulis sangat piawai dalam menyampaikan permasalahan terkait ditambah lagi beliau telah memiliki klinik Women and Hormone yang kemudian klinik tersebut dianggap sebagai “laboratorium” tambahan dari penelitinya.
Secara fisik buku ini berpenampilan menarik dengan sampul putih cerah. Baris antar kalimat tidak begitu sempit dengan pilihan huruf yang menyamankan mata. Alur dari buku ini juga tersusun secara sistematis sehingga sangat membantu pembaca dalam memahami isi buku.
Hal yang mungkin bisa menjadi nilai kurang dari buku ini adalah penyamaan karakter manusia dengan hewan di mana hewan dijadikan sebagai pembanding manusia pada objek-objek penelitiannya. Bagi sebagian orang, ini bisa dijadikan masalah tersendiri. Penyamaan manusia dengan hewan terkadang dianggap sebagai perbuatan yang tidak etis.
Namun, demikian buku ini sangat bagus sebagai penambah wawasan bagi siapa pun. Bagi ibu yang ingin memahami sifat nakal anak laki-lakinya, bagi istri yang ingin mengetahui lebih dalam tentang agresivitas otak seks suaminya, atau bagi seorang anak yang ingin belajar tentang naluri melindungi yang dimiliki oleh ayahnya. Buku ini mengulas begitu lengkap.
Novel Em Alam,
Alumni FHUI, Asisten Peneliti
di UI.
NB:
“Dr Brizendine telah menghadirkan sederet bukti kuat sekaligus cara penyampaian yang menghibur untuk mengupas tuntas otak laki-laki sejak bayi hingga tua. Anda akan mendapatkan banyak tip agar bisa memahami, menghargai, dan dapat bekerjasama dengan laki-laki di dalam hidup anda.”
(Helen Fisher, Ph.D, penulis Why Him? Why Her?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar