Depresi-Facebook, Ancaman Baru Psikologi Anak
Selasa, 29 Maret 2011, 10:07 WIB
Bayu Galih
Menurut laporan American Academy of Pediatrics (AAP), depresi bisa dihindari apabila orang tua mengawasi perilaku anak mereka di dunia maya. Para peneliti di akademi itu menyarankan psikolog anak (pediatricians) untuk aktif bicara kepada pasien anak-anak, orang tuanya, mengenai keselamatan di dunia maya. Keselamatan itu termasuk privasi, anonimitas, dan perilaku bullying di dunia maya.
"Kami tidak ingin melakukan demonisasi terhadap dunia maya atau mengatakan social media itu buruk. Kami hanya ingin orang tua lebih memperhatikan apa yang terjadi kepada anak mereka," kata penulis laporan Gwenn Schurgin O'Keeffe, seperti dikutip dari Livescience.com.
Masalah dunia maya memang menjadi perhatian bagi perkembangan psikologi anak dan remaja. Berdasarkan studi yang dilakukan tahun lalu, 70 persen remaja pengguna internet di Amerika menggunakan jejaring sosial. Bahkan lebih dari setengahnya menggunakan jejaring sosial lebih dari sekali.
Sejumlah masalah yang biasa mengancam psikologi dan dapat menimbulkan depresi pada anak antara lain bullying, ekperimental seksual, dan interaksi dengan orang asing.
Dengan adanya dunia maya, masalah itu pun berkembang menjadi cyber bullying, eksperimental seks dengan tekstual (sexting) atau gambar, hingga interaksi dengan orang asing dengan anonimitas. Inilah penyebab terjadinya depresi-Facebook.
"Dokter harus bisa memberikan nasehat kepada orang tua akan isu-isu tersebut. Orang tua juga harus belajar internet agar memahami konteksnya," ujar O'Keeffe.
Walau begitu, jejaring sosial juga dianggap memiliki sejumlah manfaat. Antara lain, jejaring sosial dianggap dapat membangun kepekaan anak akan komunitas dan berkomunikasi dengan sesama. Anak-anak juga bosa mendapatkan pendidikan seksual secara benar.
Namun, tetap penting bagi orang tua untuk menjamin anak-anak berinteraksi di dunia nyata, dan tidak hanya berkutat di dunia maya. Karena salah satu tanda "depresi-Facebook" adalah ketika anak merasa kikuk dan moody setelah menghabiskan banyak waktu dengan membuka situs jejaring sosial.
"Kami tidak ingin melakukan demonisasi terhadap dunia maya atau mengatakan social media itu buruk. Kami hanya ingin orang tua lebih memperhatikan apa yang terjadi kepada anak mereka," kata penulis laporan Gwenn Schurgin O'Keeffe, seperti dikutip dari Livescience.com.
Masalah dunia maya memang menjadi perhatian bagi perkembangan psikologi anak dan remaja. Berdasarkan studi yang dilakukan tahun lalu, 70 persen remaja pengguna internet di Amerika menggunakan jejaring sosial. Bahkan lebih dari setengahnya menggunakan jejaring sosial lebih dari sekali.
Sejumlah masalah yang biasa mengancam psikologi dan dapat menimbulkan depresi pada anak antara lain bullying, ekperimental seksual, dan interaksi dengan orang asing.
Dengan adanya dunia maya, masalah itu pun berkembang menjadi cyber bullying, eksperimental seks dengan tekstual (sexting) atau gambar, hingga interaksi dengan orang asing dengan anonimitas. Inilah penyebab terjadinya depresi-Facebook.
"Dokter harus bisa memberikan nasehat kepada orang tua akan isu-isu tersebut. Orang tua juga harus belajar internet agar memahami konteksnya," ujar O'Keeffe.
Walau begitu, jejaring sosial juga dianggap memiliki sejumlah manfaat. Antara lain, jejaring sosial dianggap dapat membangun kepekaan anak akan komunitas dan berkomunikasi dengan sesama. Anak-anak juga bosa mendapatkan pendidikan seksual secara benar.
Namun, tetap penting bagi orang tua untuk menjamin anak-anak berinteraksi di dunia nyata, dan tidak hanya berkutat di dunia maya. Karena salah satu tanda "depresi-Facebook" adalah ketika anak merasa kikuk dan moody setelah menghabiskan banyak waktu dengan membuka situs jejaring sosial.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar