Senin, 08 November 2010

Pantun

PANTUN

Tingkap papan kayu bersegi,
Sampan sakat di Pulau Angsa;
Indah tampan karena budi,
Tinggi bangsa karena bahasa.
===========================
Buah berangan masaknya merah,
Kelekati dalam perahu;
Luka di tangan nampak berdarah,
Luka di hati siapa yang tahu.
=============================
Dari mana punai melayang,
Dari paya turun ke padi;
Dari mana datangnya sayang,
Dari mata turun ke hati.
============================
Pucuk pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Tuan jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.
==================================
Kalau tuan jalan ke hulu,
Carikan saya bunga kemboja;
Kalau tuan mati dahulu,
Nantikan saya di pintu syurga.
=========================
Halia ini tanam-tanaman,
Ke barat juga akan condongnya;
Dunia ini pinjam-pinjaman,
Akhirat juga akan sungguhnya.
==========================
Malam ini merendang jagung,
Malam esok merendang serai;
Malam ini kita berkampung,
Malam esok kita bercerai.
========================
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…



ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati

jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati

darimana datangnya sawah
dari sawah turun ke kali
dari mana datangnya cinta
dari mata turun ke hati
============================
Bau-bau jembatan tujuh,,
tempat memungut sebuah lolah,,
kalau adinda udah setujuh,,
tunggulah saya tamat sekolah,,

Pisang nangka buat kolak
Jambu biji diblendrin
Kalo nona tetep galak,
Lebaran depan ga dimaapin

menaiki kereta merknya honda
pergi selayang kerumah hanapi
bila cinta mekar di dada
siang terkenang malam termimpi

anak unta siapa yg punya
menangis iba kehilangan ibu
bila cinta sudah menyapa
rindu mulai membara dikalbu

mulanya duka kini menjadi lara
teman tiada hanyalah sendu
bila rindu mulai membara
itulah tanda cinta berpadu

hati berdetik dalam cahaya,
seperti belati menikam dada
Cinta abadi kekal selamanya
Musim berganti tapi wajah takkan lupa

cinta datang tak berwaktu
perasaan senang,sedih dan pilu tak menentu
semua hadir tanpa permisi
untuk mencoba mengisi hati

hati-hati minum digelas
kalau terlepas pecahlah nanti
cinta hati selalunya ikhlas
cinta buta yang makan hati

cinta tak memandang bulu
cinta juga tak mengenal waktu
rasakan cinta dihatimu
betapa indah mengikis kalbu

bila terluka berkata begitu
hingga terlupa cinta yang suci
cinta manusia memanglah begitu
cinta padaNYA cinta yang sejati

terluka hati karna kata udah biasa
namun terluka karna usia sungguh asa
bila kata dianggap tak bermakna
tapi usia adalah segalanya

Untuk menjadi seorang perwira
Harus bertapa di dalam gua
Kalau cinta kukuh di jiwa
Biar melayang kembali jua

papua tanah impian jiwa
kubermimpi melayang terbang kesana
teman sehati selalu bersua
karena tak bisa terpisahkan begitu saja

panah cinta tlah menancap…
kedua hati pun menyatu…
asmara semakin mendekap…
cinta takkan berlalu…

anak ayam turun ke kali
bermain air riang gembira
betapa senangnya bisa ngejunk lagi
memburu kata mengejar tawa

minum arak pahit rasanya…
tidak cocok untuk anak kuliah…
apalah daya sudah usaha…
belum apa-apa sudah binasah…

sunggulah indah si burung pipit
terbang yang tenang si burung dara
bila ku tahu bercinta sakit
takkan ku mulai dari semula

orang palembang menanam padi
negeri malaka negeri seberang
putus cinta jangan bersedih
dunia ini masih panjang

burung kakatua
hinggap dijendela
siapa yang jatuh cinta
pasti cemburu buta

Burung kakak tua udah tak berdaya
Burung adik muda terbang ke angkasa
Makasi kakek telah berjuang bela negara
Sekarang adek bahagia di hari MERDEKA

kucing kurus mandi dipapan
papan nya sikayu jati
aku kurus bukan karena kurang makan
tetapi mikirin sijantung hati

disana gunung disini gunung
ditengah tengah gunung berapi
kesana bingung kesini bingung
itulah namanya jatuh hati
=====================================
cinta adalah buta…
buta adalah cinta…
ketik C spasi D…
cape D…

(Ket: pantun gaya baru,pola AABB)
===================================
Banyak bunga di taman cuma satu kupetik
Banyak anak perawan cuma Adik yang cantik
=======================
Pria:
Banyak bunga di taman cuma satu kupetik
Banyak anak perawan cuma Adik yang cantik

Wanita:
Banyak buah semangka dibawa dalam sampan
Banyak anak jejaka cuma Abang yang tampan

Pria:
Berjuta bintang di langit
Satu yang bercahaya
Berjuta gadis yang cantik
Adiklah yang kucinta

Wanita:
Pandai Abang merayu, hatiku rasa malu

Pria:
Rumah atapnya tinggi terbuat dari bambu
Cuma Adik kupilih dan yang selalu kurindu

Wanita:
Gunung puncaknya tinggi tertutup oleh salju
Memang Abang kupilih dan yang selalu kurindu
=============================
Jika tuan mudik ke hulu
Carikan saya bunga kemboja.
Jika tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu surga.
===============================
Batang buluh berisi santan,
Bunga mawar seri pengantin,
Untung sungguh nasib badan,
Ada penawar zahir batin.
=============================
rancak gagah silat pahlawan
bertahan di kanan menyerang di kiri
tatkala bulan dilindung awan
mengapa pungguk berdiam diri?
============================

Krisis Identitas

Dadang Hawari – Krisis Identitas

Sumber Hammas

Menggugat Budaya Serba Boleh

“Siapkan generasi muda Islam yang jauh dari Islam, tapi tidak usah memurtadkannya. Generasi muda Islam yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah: pemalas dan hanya mementingkan kepuasan nafsunya. Jika itu tercapai, misi utama kalian bisa berhasil dengan maksimal” (Samuel Zweimer, Tokoh Yahudi, Direktur Organisasi Missi pada Konferensi Missionaris di Yerusalem, 1935).

Gundukan tanah merah di Taman Pemakaman Umum Ar-Rahmah, Tangerang, masih basah berduka. Turut menangisi akhir tragis kehidupan Eka Wanti (20 th) dan Rani Sintami (12 th), dua kakak-beradik korban acara jumpa fans A1 (baca: Eiwan) di Mal Taman Anggrek Jakarta (18/3). Tanah merah basah itu jadi saksi suatu kesia-siaan yang hanya berujung pada gumpalan penyesalan. Selain Eka dan Rani, dua gadis remaja lainnya juga tewas dalam acara yang sama.

Bukan kali ini saja para remaja ‘merelakan’ nyawa dan hidupnya demi sebuah tong kosong. Di Bandar Lampung, 19 November tahun lalu, konser Sheila On 7 (SO7), juga merenggut paksa nyawa empat remaja. Tak terbilang lagi berapa remaja yang terinjak-injak, jatuh pingsan, bahkan mengalami pelecehan seksual. Korban yang berjatuhan, bukan lagi belasan, tapi sudah puluhan bahkan ratusan.

Seperti yang terjadi di Gelanggang Olahraga (GOR) Padjadjaran Bogor (6/3). Saat itu SO7 menggelar konser, tidak kurang dari 80 remaja jatuh pingsan. Fla Priscilla, penyiar Radio Prambors Jakarta yang kebagian tugas meliput pertunjukkan tersebut, tulang kering kakinya robek dan terpaksa dioperasi sepuluh jahitan.

Yang paling anyar, konser SO7 di Cirebon (25/3) juga berujung rusuh. Belasan remaja luka-luka, bahkan satu orang tertembak kakinya oleh peluru aparat saat tindak pengamanan. Dan ini mungkin bukan yang terakhir. Kasus-kasus serupa tidak mustahil akan terulang kembali jika hal tersebut masih saja dipelihara.

Jika mau jujur, tanpa bermaksud mengecilkan arti hilangnya beberapa nyawa di atas, kasus yang membetot kesadaran tersebut sebenarnya cuma sebuah riak kecil dalam keriuhan dan kegaduhan budaya liar ekosistem yang memang teramat kompleks seperti sekarang ini. Bagaimana pun, budaya hanyalah satu kepingan kecil dari keseluruhan mosaik tata nilai yang berlaku di masyarakat.

Chaerul Umam, pekerja seni yang kerap mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dalam film-film garapannya memandang hal itu memang bagian yang inheren dengan ‘modernisasi’ yang kini katanya tengah mengglobal. “Ini pengaruh dari sampah-sampah globalisasi yang membingungkan. Dikira positif atau modern, dan dianggap harus, maka diambil saja. Nggak diambil substansi modernisasi yang sebenarnya. Tapi sampahnya saja yang ditiru,” keluh Mamang, panggilan akrab Chaerul Umam.

Sejalan dengan Mamang, Prof. Dadang Hawari menilai, “Ini tidak lain karena pengaruh globalisasi informasi dari Barat. Semua masuk dan dalam keadaan interaksi antar budaya karena tidak ada ruang batas waktu teritorial lagi.

Karena dunia ini sudah terbuka, maka tata nilai kehidupan atau gaya hidup dari negara-negara yang dianggap maju tentu pengaruhnya lebih besar dari yang terbelakang seperti kita sekarang ini.”

Dadang Hawari menambahkan, “Yang lebih ironis lagi, kita punya pemimpin yang idolanya itu bukan Nabi Muhammad saw. Maka jadilah krisis identitas. Jadi sebenarnya, krisis kita sebagai bangsa bukan hanya remajanya saja yang krisis identitas, tapi orangtua bahkan pemimpin kita juga krisis identitas.”

Mutammimul ‘Ula, SH, sepakat jika fenomena yang menimpa kebanyakan remaja sekarang ini juga tidak bisa dilepaskan dari sikap para orangtua saat ini. “Pergaulan remaja itu berbanding lurus dengan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat keseluruhan itu mengalami permisivisme, cenderung serba boleh. Di satu sisi terbentuk kalangan agama, umat Islam khususnya mengalami pengentalan, nilai-nilai yang ketat dan keras. Tapi di sisi lain ada yang mengalami pengendoran nilai-nilai agama,” tutur Mas Tamim, sapaan akrabnya.

Mantan Ketua PB-PII ini menyimpulkan, “Jadi remaja itu bagian saja, refleksi dari kehidupan masyarakat secara umum. Dia bukan sekelompok kecil yang bebas, lalu yang tua-tua itu nggak ikut andil. Mereka juga terlibat. Jadi permissivisme itu melanda sebagian besar masyarakat.”

Seabreg sisi negatif yang diakibatkan budaya serba boleh kini memang tidak menghinggapi para remaja saja, banyak orangtua pun turut terinfeksi. Namun khusus terhadap para remaja, memang diperlukan suatu tindakan serius guna menanganinya. Sebab bukankah masa depan suatu bangsa itu terletak di tangan para generasi muda? Jika kini banyak generasi muda yang rusak, maka akan jadi apa bangsa ini kelak? Terlebih bangsa Indonesia adalah bangsa Muslim terbesar di dunia, jika asset yang sangat berharga ini rusak, siapa yang akan mengeduk keuntungan selain musuh-musuh Allah?

Prof. Dadang Hawari punya pandangan menarik. Tokoh medis yang banyak menangani kasus-kasus NAZA ini tidak percaya jika segala kerusakan ini terjadi begitu saja tanpa ada kepentingan suatu kelompok dibaliknya. “Ada upaya sistematis menghancurkan negara, bukan dengan senjata api, tapi dengan NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif lainnya) termasuk minuman keras, yang lainnya ya merusak akidah.

Apalagi negara kita ini mayoritas Muslim, bagaimana akidahnya, moralnya dirusak dengan cara NAZA, jadi hancur. Keluarga yang tadinya baik-baik, jadi munkar perilakunya.” Henry Yosodiningrat, pengacara kondang yang juga memimpin LSM Granat (Gerakan Anti Narkotika) dalam sebuah acara di stasiun teve swasta juga pernah melontarkan sinyalemen ini. “Sebab bila tidak demikian, penjelasan apa yang bisa dikemukakan jika yang dijadikan sasaran utama narkotika itu adalah generasi muda, yang masih anak-anak malah,” ujarnya dengan nada tinggi.
Penghancuran suatu bangsa atau negara lewat NAZA dan sejenisnya bukan sekadar isapan jempol. Sejarah mencatat, ketika berperang dengan Barat (Inggris), seluruh elemen masyarakat Cina—dari para politisi, tentara, hingga lapisan rakyat kecil dicekoki Barat dengan candu.

Mereka jadi lemah. Dengan amat mudah Barat berhasil memenangkan perang tersebut dan Cina dijajah. Tanah Cina yang luas itu dikapling-kapling untuk Jerman, Belanda, Itali, dan Inggris. Sebab itu, perang antara Cina lawan Barat tersebut, lebih populer dalam sejarah disebut Perang Candu (1839-1842 dan 1856-1860)

Contoh lain adalah perang Vietnam. Pasukan Marinir AS yang legendaris dan dibekali dengan persenjataan mutakhir akhirnya bertekuk-lutut di hadapan serdadu Vietkong yang lebih mirip petani dengan senjata seadanya. Walau banyak hal yang menyebabkan kekalahan Marinir AS ini, namun peranan strategi Vietkong yang terus-menerus mengumpan morfin pada tentara AS tidak bisa diremehkan. Marinir AS yang melegenda itu pada akhirnya lemah dan tunggang-langgang lari dari neraka Vietnam. Hingga detik ini, perang Vietnam masih menjadi momok menakutkan bagi warga Paman Sam tersebut.

Akan halnya Indonesia, Barat (yang telah dikuasai Zionis) memang amat berkepentingan untuk melemahkannya. Prof. Dadang Hawari menegaskan, jaringan Zionis memiliki banyak kepentingan dengan Bangsa Muslim terbesar di dunia ini. “Ada peran Zionis di sini. Di dunia ini, Zionis itu terkenal dengan bisnis narkotika, VCD porno, dan pelacuran,” tandasnya.

Sikap Dadang Hawari sejalan dengan pandangan pakar ekonomi dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Prof. Dr. Suroso Imam Sadzuli. Dalam buku ‘Molimo’ (Hawari, 2000), Suroso menilai hubungan RI-Israel akan banyak merugikan Indonesia, baik secara ekonomi mau pun politik. Lebih jauh Suroso menuturkan jika hubungan itu terealisasi maka Indonesia akan jadi lintasan jaringan bisnis narkotika internasional, sebab Israel juga merupakan “negara shabu-shabu dan prostitusi” terkenal. “Israel bisa mengawali dengan dagang film atau VCD, lalu kemudian narkotika dan akhirnya ekspor prostitusi,” ujar Suroso.

Hal tersebut sesungguhnya bukan barang baru lagi bagi umat Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah berfirman, “Tidak akan pernah rela kaum Yahudi dan Nasrani kepadamu, hingga kamu mengikuti keyakinan mereka” (QS. Al-Baqarah:120). Maha Benar Allah dengan segala firman-NYA. Sebab itu, selama jantung orang-orang Yahudi masih berdegup, selama nafas masih dikandung badan, selama itulah mereka senantiasa memerangi kaum Muslimin di mana pun berada. Pernyataan Samuel Zweimer di atas hanyalah contoh kecil dari kebencian dan itikad buruk kaum Zionis kepada umat Islam.

Ironisnya, segala serangan budaya yang dilancarkan Zionis terhadap generasi muda kita diterima dan dimamah bulat-bulat. Jadilah mereka generasi muda yang bangga dengan meniru dan menjadi pengikut, bukan pelopor. Mereka tak sadar bahwa idola massa (penyanyi, bintang film, dan sejenisnya) seperti dikatakan Horkheimer—tokoh Sekolah Frankfurt, juga bukan dalam artian sesungguhnya.

Mereka—idola massa itu—hanya fungsi dan sekedar iklan dari industri modal. Kebesaran dan ‘ketampanan’ mereka hanyalah perpanjangan tangan dari kebesaran dan ‘ketampanan’ teknologi kapitalis.

Namun walau demikian, di tengah kondisi yang meresahkan hati ini ternyata masih ada putera-puteri kita yang santun dalam bergaul, sekaligus taat pada Sang Pencipta. Oase yang menyejukkan di tengah padang tandus ini tengah menggeliat membentuk diri jadi kreator kehidupan. Mereka membangun budaya alternatif sebagai tandingan budaya jahili.

Manajer Tim Nasyid Izzatul Islam, Nurkholiq Ramdhan, menyatakan, “Jika ditanya siapa sesungguhnya figur kita-kita ini, ya Rasulullah saw. Namun remaja kan butuh pula figur yang ril. Jika itu tidak didapat dari lingkungan keluarganya, entah ayah ibunya, dia akan mencari keluar rumah. Untuk inilah diperlukan suatu budaya alternatif seperti nasyid, misalnya.”

Menumbuhkan budaya alternatif, yang muncul dari tengah-tengah masyarakat sendiri tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan positif dari pemerintah. “Seperti filosofi wudhu, maka yang pertama mempunyai kewajiban membersihkan diri adalah pihak penguasa, setelah itu baru turun hingga ke rakyat bawah,” kata ustadz Rahmat Abdullah.

Pihak penguasa yang memiliki alat pemaksa sesungguhnya berkewajiban memilah mana budaya yang diperbolehkan dan mana yang tidak, atau minimal membuat rambu-rambu yang tegas dengan pelaksanaan hukuman bagi pelanggarnya yang sungguh-sungguh ditegakkan. Ini semua perlu dilakukan demi kemashlahatan umat.

Dadang Hawari mencontohkan, “Di negara-negara Islam, seperti di Pakistan dan Bangladesh, kalau ketahuan berzinah hukumannya dicambuk rame-rame. Kalau di Saudi lebih jelas lagi karena hukum Islam sudah ditegakkan sampai ada yang dihukum mati. Dan di Eropa serta Amerika, sebenarnya sudah menuju ke sana, misal, perkosaan saja itu sudah sampai ada yang dihukum mati. Jadi dalam banyak hal, kalau kita mau jujur, maka UU yang dibuat oleh manusia, baik di Eropa maupun di Amerika yang sudah maju itu, banyak hukum-hukum Islam yang dijalankan.”

Dadang menambahkan, “Masyarakat AS sekarang telah membuat UU Anti Pelacuran, bahkan di Thailand UU Anti Pelacuran sudah ada sejak tahun 1996. Barangsiapa melakukan bisnis pelacuran, itu bisa dihukum penjara, karena apa? Karena pelacuran adalah eksploitasi seksual komersial atas kaum perempuan. Omset pelacuran di negara kita ini 11 trilyun, sebab itu dipelihara sekali.”

Indonesia harusnya malu dengan kenyataan ini. Sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya bisa lebih tahan terhadap serbuan sistem dan budaya jahili tersebut. Terlebih di balik serbuan tersebut terselip kepentingan ideologis Zionis yang bernafsu menghancurkan generasi muda Islam. Tapi apa mau dikata, mungkin sekarang belum bisa kita mengharapkan itikad baik dari pemerintah. Apalagi Presiden Abdurrahman Wahid sendiri punya hubungan kental dengan Zionis Israel?

Jalan satu-satunya, seperti yang disepakati Ustadz Rahmat Abdullah, Dadang Hawari, dan juga Psikolog Sartono Mukadis, akan lebih mungkin adalah dengan memberdayakan ketahanan keluarga kita sendiri, baru ketahanan masyarakat sekitar.

Rizki Ridyasmara

Kasus Skizofrenia

Kasus Skizofrenia

Kasus skizofrenia yang digambarkan pertama kali dengan jelas dalam literatur berbahasa Inggris mungkin terjadi pada tahun 1810 saat pasiennya John Haslam di Rumah Sakit Jiwa Bethlem (St. Mary of Bethlehem) yang bernama John Tilly Matthews yakin bahwa sebuah "mesin neraka" menyiksa dan mengendalikan dirinya. Dalam serangkaian pengungkapan, Matthews menggambarkan bagaimana mesin tersebut memecah, meledakkan dan memanjangkan otak dalam usaha untuk menundukkan dirinya. (M.H. Stone. Healing the Mind: A History of Psychiatry from Antiquity to the Present. 1997).

Mengapa pikiran dapat menyerang diri sendiri seperti pada pasien skizofrenia? Dapatkah pikiran dan terutama hidup mereka kembali ke keadaan normal seperti sediakala? Apakah yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal itu? Tulisan-tulisan di Blog Skizofrenia ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita akan mulai dengan tiga contoh kasus yang kami ambil dari Dennis C. Daley & Ihsan M. Salloum, Hazelden Chronic Illness Series: Clinician's Guide to Mental Illness. (2001).

Contoh Kasus 1
Joe adalah siswa yang baik di sepanjang masa SMA-nya. Ia anggota tim futbol, mempertahankan ranking yang bagus dan mendapatkan pujian pada tiap semesternya.
Ia ramah dan populer. Menjelang akhir semester pertama di maktab (college)-nya, semuanya mulai berubah. Joe tak lagi makan bersama dengan kawan-kawannya, pada kenyataannya ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya. Ia mulai mengebaikan kesehatan pribadinya dan berhenti menghadiri kuliah. Joe mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan harus membaca kalimat yang sama secara berulang-ulang. Ia mulai percaya bahwa kata-kata dalam naskah bukunya memiliki makna yang khusus baginya dan dengan sesuatu cara memberitahukannya sebuah pesan untuk menjalankan sebuah misi rahasia. Joe mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan telepon dan komputernya untuk mengawasi kegiatannya. Joe menjadi takut jika kawan sekamarnya tahu akan pesan dalam naskah bukunya dan kini mencoba untuk menipunya. Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya, pada kenyataannya siapapun yang ia lewati di aula atau di jalanan dapat mengatakan apapun yang ia pikirkan. Saat Joe sedang sendirian di kamarnya, ia dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang mengawasinya. Ia tak dapat memastikan apa yang mereka katakan tapi ia yakin bahwa mereka membicarakannya.

Contoh Kasus 2
Roger adalah pria berusia 36 tahun yang memiliki riwayat panjang mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk melukai diri sendiri dan orang lain. Ia telah menuruti suara-suara itu di masa yang lalu dan akibatnya ia harus menjalani pemenjaraan karena telah mengancam seseorang dengan sebilah pisau. Ia juga takut dilukai oleh musuh-musuhnya dan hal itu mengakibatkannya tidak tidur dengan tujuan untuk melindungi dirinya sendiri. Roger secara aktif menggunakan alkohol, ganja dan kokain untuk mengatasi gejala-gejalanya. Roger telah lama berhenti minum obat dari dokternya karena pengalamannya akan ketidaknyamanan efek sampingnya. Ia melaporkan bahwa ia merasa letih dan tidak dapat berhenti melangkah. Ia pada mulanya mengalami pemulihan saat pertama kali menggunakan narkoba dan alkohol. Tapi segera setelah itu ia menemukan bahwa semakin banyak ia menggunakan narkoba dan alkohol semakin paranoid dan menjadi semakin waspada ia jadinya dan gejala-gejalanya kembali menjadi parah. Kekhawatiran Roger akan melukai orang lain dan ketakutan akan dilukai telah mengakibatkan dirinya memiliki rencana untuk bunuh diri. Ia tak mampu untuk mengetahui kaitan antara obat dari dokternya dan narkoba dengan pengendalian gejala dan pemburukan penyakitnya. Roger juga harus berjuang melawan diabetes dan ketidakmapanan gula darah karena kurang gizi dan penggunaan alkohol.

Contoh Kasus 3
Edward menghabiskan waktunya sendirian di tempat tidur, jika ia bisa. Sebelum ia sakit, ia menikmati waktunya bersama keluarganya atau bekerja. Kadangkala ia berpikir masalah pekerjaan, dan kadang-kadang ia membuat rencana, namun ia nampaknya tak pernah mencapai tahap wawancara atau kontrak kerja. Saat ia mengunjungi orang tuanya mereka mencoba membujuknya untuk berbicara tentang masalah keluarga atau politik. Edward tak banyak berkata-kata. Walaupun ia menolak dikatakan depresi, dan ia mengungkapkan harapannya akan masa depan, ia hampir-hampir tak pernah tersenyum dan benci untuk membereskan piring sisa makan atau membereskan tempat tidurnya. Psikiater telah menanyainya tentang suara-suara, akan tetapi Edward bersikukuh bahwa ia tak pernah mendengarnya. Saat ia dirawat di rumah sakit untuk pertama kalinya, ia ingat, ia kesulitan untuk mempertahankan jalan pikirannya, dan ia tahu ia bertingkah aneh karena polisi menangkapnya saat ia keluyuran di jalanan ketika mengenakan pakaian menyelam. Tapi Edward tak dapat mengingat kenapa dan nampaknya hal itu bukan lagi merupakan masalah baginya.

Seperti yang telah digambarkan dalam contoh kasus di atas, skizofrenia adalah penyakit mental yang memiliki rentang yang luas. Bahkan beberapa ahli meragukan bahwa penyakit ini adalah gangguan yang tunggal. Fakta bahwa hanya ada satu kata untuk merujuk ke sesuatu penyakit tidaklah berarti bahwa penyakit itu satu (Nancy C. Andreasen. Schizophrenia: from Mind to Molecule. 1994).

Penulis : Anta Samsara
http://skizo-friend.blogspot.com

Dadang Hawari on Maia & Dhani Ahmad case

Dadang Hawari on Maia & Dhani Ahmad case

Sumber tabloid Nova

Suami-istri bekerja, seperti yang terjadi pada pasangan Dhani-Maia, menurut psikiater Prof. DR. H. Dadang Hawari, sudah umum terjadi dewasa ini. Alasan istri bekerja punya latar belakang beragam. Namun yang sering dikemukakan, karena ingin membantu perekonomian rumah tangga dan mengaktualisasikan diri. "Kalau atas persetujuan suami dan asal bekerja di jalan yang halal, ya, enggak apa-apa," kata Dadang.

Memang, pada akhirnya istri yang bekerja punya tugas dan beban yang lebih berat dibandingkan suaminya. Karena sang istri harus bisa membagi waktu untuk mengurus suami dan anak-anaknya. Dalam situasi seperti ini, suami punya hak mengawasi istrinya agak tidak “lepas kendali”. Memang, dalam banyak kasus, kata Dadang, ketika istri bekerja, urusan keluarga dan anak menjadi terlantar.

Hal seperti inilah yang ditengarai Dadang terjadi pada rumah tangga Dhani-Maia, seperti yang dituturkan Dhani ke media massa. Jika dalam perjalanan karirnya istri mulai melupakan tanggung jawabnya dalam keluarga, Dadang menyarankan suami mengingatkan dengan cara baik-baik. Makanya Dadang mengecam cara Dhani memperingati Maia lewat omongan di media massa. "Itu kan jadi heboh. Tidak bagus mengemukakan ketidakpatuhan istri. Mungkin istri begitu karena dia tidak tahu. Jadi seharusnya dibimbing," ungkap Dadang.

Sebagai kepala dan imam dalam keluarga, menurut Dadang, laki-laki tidak boleh bersikap otoriter. Kendati Dhani melarang Maia bekerja, tetapi Maia harus diberi kesempatan mengutarakan argumentasinya. “Ini namanya demokrasi. Cuma kebanyakan suami-suami itu argumentasi maunya sepihak saja. Dari sudut laki-laki saja, dari perempuan enggak mau menerima," kata Dadang.

Kata Dadang, kalau istri punya banyak waktu luang di rumah dan ingin bekerja, boleh diberi kesempatan. “Kalau istri di rumah saja, tidak ada kegiatan apa-apa, menunggu suami dari pagi sampai sore, itu bisa ‘sakit’ juga. Harus diisi waktunya, asal tidak melalaikan tugas gandanya," urai Dadang.

Manajemen Marah

Dadang Hawari - Manajemen Marah

Kendalikan Amarah Anda

Aryo mudah sekali tersinggung. Hal sepele, seperti kopi yang kurang panas, dapat memicu kemarahannya. Aryo memang tidak sampai melakukan tindakan fisik tapi meja dan lemari dinding menjadi korban pukulan ayah dua putra ini. Mengapa pula orang seperti Aryo begitu mudah marah? Sebetulnya apa sih yang dimaksudkan dengan amarah?

Amarah adalah sifat alamiah yang dimiliki setiap manusia. Begitu kata Prof. DR. Dr. Dadang Hawari, Sp.KJ. Amarah manusia muncul karena adanya dorongan agresif yang lazim disebut dengan istilah human agressive. Dorongan rasa marah ini bisa saja muncul karena sesuatu terjadi di luar dugaan atau di luar perhitungan. Harapan yang tinggi sementara kenyataannya tidak demikian juga bisa menyebabkan kekecewaan dan dapat memicu rasa marah.

Sejalan dengan dengan pandangan Dadang Hawari, psikolog E. Kristi Poerwandari dari Bagian Psikologi Klinis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mendefinisikan marah sebagai salah satu emosi. Secara garis besar dorongan marah itu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor internal (dari dalam diri). Ada konflik internal yang tidak bisa terselesaikan dan akhirnya keluar dalam bentuk marah. Misalnya Anda merasa gusar karena tak bisa bangun pagi sehingga selalu terlambat rapat dengan klien. Kedua, faktor eksternal. Misalnya, ada provokasi dari luar.

Apapun penyebabnya, internal atau eksternal, marah merupakan emosi yang tersalur melalui sinyal pengantar syaraf atau neurotransmitter, pada sel-sel syarat pusat otak. Sinyal ini diteruskan ke kelenjar endokrin suprarenalis penghasil hormon adrenalin. Akibatnya tekanan darah naik. Mukanya menjadi merah, jantung berdebar-debar kencang mengikuti peningkatan hormon adrenalin tadi.

Biasanya dorongan untuk marah muncul untuk survival, atau mempertahankan hidup. Orang tidak akan diam saja manakala dirinya diserang atau diperlakukan tidak adil oleh pihak lain. Secara refleks akan timbul sikap mempertahankan diri, atau yang kita sebut defense mechanism.

Menurut Kristi, marah sering dianggap sebagai emosi yang negatif sebab marah membangkitkan toksin yang meracuni emosi, dan dapat memunculkan tindakan yang berdampak negatif, seperti melukai orang lain. Tapi marah tidak selalu itu buruk. Bila seseorang diperlakukan tidak baik, dan dia menunjukkan reaksi marah, itu dianggap sebagai hal yang wajar. Marah bisa dinilai positif ketika perasaan itu muncul saat melihat seseorang diperlakukan tidak adil, atau menimbulkan rasa ingin menolong. Artinya rasa marah itu bisa mendorong seseorang melakukan hal yang positif atau yang dianggap baik.

Ketika amarah diekspresikan secara destruktif (memaki, memukul, atau merusak barang), maka marah menjadi emosi yang buruk. Lepas kendali dapat memicu perasaan frustasi, bingung, dan tidak berdaya. Banyak gangguan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh marah yang tidak terkendali. Hasilnya antara lain ketegangan di lingkungan kerja atau kekerasan dalam rumah tangga. Ekspresi marah ini juga dituding memicu kriminalitas, bahkan konflik internasional.

Jadi, kata Kristi lagi, marah akan berdampak buruk bila diungkapkan secara agresif dan berlebihan. Lebih buruk lagi bila yang bersangkutan tidak menyadari dirinya melakukan hal yang negatif. Karena itu ia menyarankan sebaiknya amarah dikeluarkan dengan syarat:

1. Marah haruslah karena alasan yang tepat, bukan karena faktor subyektif. Banyak kasus kemarahan timbul di lingkungan keluarga. Misalkan suami marah secara berlebihan karena merasa tidak dihargai oleh istrinya, padahal hanyalah pandangan subyektif sang suami.
2. Marah haruslah terkendali. Marah yang membabi buta, bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Marah juga bisa berdampak negatif pada diri sendiri atau pada diri orang lain ketika yang bersangkutan tidak secara jujur mengakui rasa marahnya, atau memendam amarah. Marah yang tidak dikeluarkan bisa menyebabkan sakit kepala, nyeri punggung, mual, bahkan depresi. Mereka yang suka meremehkan, mengkritik, dan berkomentar sinis terhadap orang lain biasanya adalah orang yang tidak terbiasa mengekspresikan kemarahannya.

Meskipun sebaiknya rasa marah itu dilepaskan saja dan jangan disimpan, Dadang Hawari menilai pendapat ini tidak selalu baik untuk diterapkan. “Apakah kalau marah dilepaskan lantas kita menjadi puas? Apa bukan sebaiknya justru menyebabkan orang yang dimarahi menjadi sakit dan akhirnya menimbulkan persoalan baru ?” ujar psikiater itu. Lalu bagaimana baiknya? “Yang baik adalah kalau merasa marah, kita redam dan netralisir dengan diri sendiri sambil menyelesaikan pokok permasalahan yang dihadapi,” tambah Dadang.

Sebetulnya rasa marah itu bisa dikelola. Sebagai makhluk yang beradab, manusia tentu mempunyai mekanisme pengendalian diri. Ada orang yang mampu meredam marah tapi ada juga yang tidak bisa. Kalau pengendalian dirinya lemah, maka bisa terjadi agresivitas, dimana kemarahan secara fisik maupun verbal keluar membabi buta. Tapi orang sudah terlatih untuk bisa sabar, mekanisme internal di dalam dirinya bisa meredam emosi yang meletup-letup dan tidak terpancing untuk bertindak agresif.
Dadang Hawari mengatakan manajemen marah ini dilakukan dengan mengedepankan rasio dari pada emosional. Seseorang yang mampu mengelola amarahnya berarti melakukan mekanisme rasionalisasi dalam tubuhnya. Mekanisme ini mengantarkan pola pikir yang sifatnya positif sehingga bisa meredam konflik atau emosi. Tapi rasionaliasasi ini tidak muncul begitu saja, butuh kemauan, upaya dan latihan yang keras.

Dalam berbagai kasus, seseorang yang terbiasa marah secara agresif bisa dilatih untuk mengendalikan emosi. Caranya dengan mencari penyebab munculnya letupan marah tersebut. Misalnya pada kasus dimana rasa marah muncul untuk menutupi rasa kurang percaya diri, terapi yang dilakukan terlebih dahulu difokuskan pada upaya membangkitkan rasa percaya diri.

Menurut Kristi, salah satu terapi yang bisa diterapkan untuk mengontrol amarah adalah dengan membuat kontrak diri. Kontrak ini berisikan perjanjian tidak akan melakukan tindakan agresif yang merugikan orang lain. Bila melanggar, yang bersangkutan dikenakan sanksi yang berat. Substansi kontrak diri ini tidak bisa dibuat asal-asalan saja tapi harus dibahas bersama dengan psikolog.
Sebetulnya melatih diri mengelola amarah merupakan hal yang memang patut dilakukan, terutama untuk meningkatkan kualitas diri. Sekarang ini kualitas manusia tidak hanya ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient), tapi juga oleh EQ (Emotional Quotient).

Laporan : Faizah Fauzan

Pakai Pendekatan Agama
Dadang Hawari selalu menilik manajemen marah dari sudut agama dengan meyakini bahwa segala sesuatu mempunyai hikmah. Menghayati ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari bisa mengasah pengendalian emosi dalam diri seseorang. Agama apapun senantiasa mengajarkan manusia untuk bersabar diri dan bersikap toleransi antarsesama. Ibadah puasa contohnya, ritual yang dilakukan umat muslim selama sebulan dalam setahun ini bisa dijadikan ajang melatih self control (pengendalian diri). Menurut Dadang lagi, ada dua cara yang bisa membantu seseorang mengendalikan amarahnya, yakni: bersabar dan shalat.

Sebelum Anda Marah
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, menurut Kristi, ada yang perlu dilakukan sebelum mengekspresikan rasa marah:
1. Posisikan diri sebagai obyek marah. Pantaskah saya marah dan pantaskah dia saya marahi?
2. Berpikirlah untuk jangka panjang. Pikirkan apa dampaknya bila emosi marah dituruti, seperti bisa merusak hubungan dengan pihak yang bersangkutan.
3. Lakukan time out, dengan cara meninggalkan ruangan atau tempat dimana marah Anda terpicu.
4. Lakukan rileksasi dengan menghirup napas panjang untuk menenangkan diri.

Selintas hal-hal di atas terdengar mudah tapi bagi meraka yang mempunyai problem dalam mengontrol rasa marahnya hal di atas cukup sulit dilakukan.

Agama Modal Utama dalam Mendidik Anak

Dadang Hawari - Agama Modal Utama Dalam Mendidik Anak

Diambil dari Republika online

Dalam mendidik anak-anak mereka, pasangan Dadang Hawari dan Erny Hawari menjadikan agama sebagai bekal utama yang harus diberikan sejak dini. Sejak usia empat tahun anak-anaknya sudah dibiasakan untuk sholat berjamaah, minimal sholat Maghrib. Pada usia delapan tahun, anak-anak mereka pun telah diajari untuk menjalankan puasa.

Agama menurut pasangan Erny Hawari dan Dadang Hawari adalah bekal utama yang harus dimiliki anak-anaknya, karenanya dari kecil mereka sudah menanamkan nilai-nilai agama dalam mendidik anak mereka. "Anak bagi saya adalah segala-galanya, titipan Allah yang benar-benar harus saya jaga," kata Erny, isteri psikiater sekaligus guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ia mencatat betul betapa nilai agama sangat penting. "Bekal pendidikan agama itu perlu ditanamkan sejak dini, karena jika dibekali pemahaman agama yang benar, anak kita Insya Allah akan terjaga," kata Erny.

Dalam membekali nilai-nilai agama pada anak-anaknya, mereka mendatangkan guru mengaji ke rumah. Selain mengajari anak-anak membaca Alquran, juga menanamkan nilai-nilai agama. Ini dilakukan sejak anak pertama mereka duduk di bangku Sekolah Dasar, anak kedua berusia enam tahun, dan yang ketiga berusia tiga tahun.

Guru mengaji anak-anak mereka itu juga terus berhubungan baik hingga anak-anak mereka menikah. Sehingga sang guru mengaji seperti menjadi bagian dari keluarga sendiri.

Bekal ilmu agama, menurut Dadang, menjadi jaminan tersendiri dalam membesarkan anak-anaknya. Tanpa dipaksa, saat usia mereka delapan tahun, anak-anak telah mulai dilatih untuk menjalankan puasa. Bila puasa anaknya penuh, mereka tidak segan-segan untuk memberi hadiah.

Pemberian hadiah itu, kata Erny, setidaknya menjadi motivasi bagi anak-anak untuk puasa penuh lagi pada tahun berikutnya. "Sesibuk apapun, kita orang tua wajib meluangkan waktu untuk anak," tambah Dadang.

Perhatian, dengan meluangkan waktu untuk anak, tambahnya, bisa diibaratkan warisan paling berharga orang tua bagi sang anak. Karena, menurut pasangan Dadang Hawari-Erny Hawari ini, perhatian merupakan tali pengikat untuk membina hubungan psikologis antara orang tua dengan anak.

Hubungan psikologis dengan anak dijaga betul oleh kedua pasangan yang telah 38 tahun membina rumah tangga itu. Dadang Hawari juga turut mendidik anak-anaknya secara langsung. Ini dilakukan di tengah kesibukannya di bidang kedokterannya yang ditekuninya sejak 1968. Sepekan sekali, bersama sang isteri, ia meluangkan waktu untuk anak-anaknya melakukan refreshing sekeluarga.

Seminggu sekali, sejak anak pertama masih duduk di taman kanak-kanak (TK), mereka berekreasi ke luar, makan bersama, nonton bersama, atau pergi ke tempat hiburan. Ini menjadi rutinitas mingguan wajib keluarga Dadang Hawari. Hingga sekarang, walaupun ketiga anaknya telah berkelurga, kegiatan keluarga itu masih dijalaninya, walaupun tidak sesering saat anak-anak mereka masih kecil.

Bagi Erny yang kini aktif di Dharma Wanita, pendidikan bagi anak sangat penting. Selain pendidikan formal, iapun memasukkan anaknya untuk mengikuti pendidikan non-formal. Ketiga anaknya, ketika kecil mengikuti kursus musik. Hanief Hawari, dengan hobinya main bola, mengikuti sekolah musik gitar dan drum ketika kelas lima SD.

Begitu pula dengan kedua puterinya. Irawati Hawari, puteri keduanya, masuk sekolah musik (piano) ketika berusia enam tahun. Sedangkan si bungsu, Ivone Hawari, sekolah musik ketika berusia empat tahun. Si bungsu, bahkan sukses dengan hobinya main piano. "Kini ia menjadi pengajar musik piano," kata Erny kepada Republika.

Menganggap anak sebagai teman, tambahnya, menjadi satu cara untuk membina hubungan psikologis yang baik dengan anak. Hal itu juga untuk membina saling keterbukaan dengan sang anak. Sehingga, bila ada masalah di sekolah ataupun masalah lainnya, sang anak selalu bercerita padanya. "Teman anak saya, bisa dibilang teman saya juga," ujarnya.

Sepulang sekolah semasa SMP, misalnya, Hanif sering membawa teman-temannya main ke rumah. "Dan itu membuat saya lebih senang. Dari pada anak saya main ke luar, saya lebih senang kalau teman-temannya datang ke rumah," katanya.

Pernah ada teman dari puteri keduanya yang mengajak nonton anaknya. Ia pun membolehkan, dan sekeluarga menonton bersama dengannya. Hal ini dilakukan, tambah Erny, untuk menjaga hubungan yang baik pula dengan teman-teman anaknya. "Teman anak saya, ya teman kami juga," tegasnya.

Sampai sekarang, walaupun anak-anaknya sudah tidak tinggal dengannya lagi, namun teman-teman anaknya masih suka berkunjung ke rumahnya. Hal ini tidak lepas dari sikap Erny sebagai orang tua yang juga sebagai teman dari anak maupun teman anak-anaknya.

Hingga kini kedekatan dan keterbukaan itu masih terjaga. Kedekatan yang diawalinya semasa anak-anaknya kecil, dengan memberi air susu pada anak-anaknya, dirasakan benar sekarang kedekatan dengan anak-anaknya itu, meski mereka sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengannya. Seminggu sekali, anak-anaknya selalu meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumahnya. "Saya tidak pernah kesepian," tuturnya.

Kadang-kadang cucu dari anak yang pertamanya, yang bersekolah tidak jauh dari kediaman Erny, mampir. Kemudian, Hanief -- anak pertamanya -- datang untuk menjemput anaknya pulang. "Bahkan, setiap pagi, anak saya yang pertama, sebelum pergi ke kantor, mampir dulu untuk pamitan pada saya," ujar Erny.

Semasa anak-anaknya sekolah, wanita yang menikah dengan Dadang Hawari 14 Februari 1965 ini selalu mengantar-jemput sekolah anak-anaknya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri baginya selama menjalani peranannya sebagai ibu rumah tangga. Dan juga menjadi salah satu cara untuk membina kedekatan dengan anak-anaknya. Menurutnya. dengan rutinitas seperti itu, menjadi salah satu jembatan komunikasi antara orang tua dengan anak, dan anak akan merasa diperhatikan oleh orang tua.

Tentang kasus kenakalan remaja yang sekarang ini banyak terjadi, seperti penggunaan obat-obat terlarang, Erny mengatakan kadang orang tua kecolongan oleh anaknya. Di rumah anaknya kelihatan baik, tapi si orang tua tidak mengetahui bagimana anaknya di luar. "Komunikasi yang dibangun mungkin kurang berjalan lancar. Karena itu, kembali lagi kepada bekal agama, yang menjadi modal utama dalam mendidik anak," katanya.

Dadang Hawari menambahkan, biasanya permasalahan anak sekarang ini, terutama remaja, kembali lagi pada bagaimana pola pendidikan yang diterapkan orang tua sewaktu dini. Selain itu, sejauh mana orang tua mampu mengikat hubungan psikologis dengan anaknya. Hubungan psikologis dengan anak sangat berperan dalam perkembangan pribadi sang anak.

Senin, 01 November 2010

TIPS MEMBUAT RUMAH TANGGA YANG HARMONIS

25 Oktober 2010

TIPS MEMBUAT RUMAH TANGGA YANG HARMONIS

Oleh: Sugeng Haryadi

Meski tampaknya sepele, hal-hal kecil ternyata bisa memicu retaknya keutuhan rumah tangga. Nah, apa yang harus Anda lakukan dan apa yang tak boleh dilakukan agar perkawinan Anda harmonis? Simak 13 kiat di bawah ini.

Memiliki rumah tangga yang awet tentunya menjadi dambaan setiap pasangan suami-istri. Apalagi bila bisa mempertahankannya sampai beranak cucu, Namun, untuk mendapatkan keutuhan rumahtangga tidaklah semudah yang dibayangkan. Masing-masing pasangan harus dapat menanggalkan emosinya, memiliki toleransi yang tinggi, serta bisa menerima kekurangan maupun kelebihan pasangannya. Nah, di bawah ini beberapa resep agar perkawinan Anda bisa harmonis.

1.Saling percaya
Saling percaya adalah modal utama agar perkawinan langgeng. Jadi, jangan mudah percaya apa yang dikatakan orang lain tentang pasangan Anda. Bisa jadi, Anda mendengar selentingan soal kedekatan suami dengan wanita lain di tempat kerjanya. Nah, daripada cemburu buta tanpa bukti, lebih baik tanyakan langsung pada suami, dan cobalah untuk mempercayai perkataannya.

Tentu, jangan langsung percaya begitu saja. Perhatikan gerak-geriknya setiap hari. Biasanya, seseorang yang sedang dimabuk cinta sikapnya akan berubah. Misalnya mendadak jadi lebih rapi, wajahnya tampak selalu berseri dan suka berbohong. Nah, kalau gelagat ini tidak muncul pada suami, rasanya tak ada yang perlu dipuingkan.

2.Saling menghargai
Misalnya, jika Anda bersuamikan pria yang berbeda keyakinan, cobalah untuk saling menghargai dan memberi dukungan. Jangan jadikan perbedaan sebagai dasar keributan di dalam rumahtangga.

Nikmatilah perbedaan sebagai sesuatu yang indah. Tentu, banyak lagi perbedaan lain yang sering muncul pada pasangan suami-istri. Sepanjang Anda bisa mengelola perbedaan itu menjadi sesuatu yang justru bisa mendekatkan Anda dan suami, dijamin perkawinan Anda akan langgeng dan harmonis.

3.Saling memaafkan
Siapa pun pasti pernah berbuat kesalahan, entah kesalahan besar ataupun kecil. Sikap tak mau memaafkan kesalahan pasangan tentu bukan jalan tepat untuk meraih kelanggengan rumahtangga. Apalagi jika kesalahan itu sebetulnya bukan kesalahan yang fatal. Jadi, bila suami berbuat salah, cobalah untuk memaafkannya. Tentu, Anda berdua harus membuat komitmen agar kesalahan itu tak ia ulangi. Yang jelas, jangan pernah terlintas di benak Anda untuk dendam terhadap perbuatan masa lampau suami. Tak ada manusia yang sempurna, kok.

4.Mau berbagi
Kemampuan untuk berbagi dengan pasangan, baik dalam suka maupun duka, menjadi sesuatu yang penting untuk menuju perkawinan yang langgeng. Jangan sampai, saat suami punya masalah, Anda bersikap tidak mau tahu. Di sinilah peran Anda sebagai istri dibutuhkan. Anda bisa menjadi teman untuk berbagi suami, sekaligus memberikan jalan keluar dan pemberi semangat. Dengan kata lain, Anda mau berbagi, baik di saat susah maupun senang.

5.Menerima kekurangan
Hal lain yang perlu ada pada pasangan suami-istri adalah kemampuan menerima kekurangan masing-masing. Tidak mudah memang menerima kekurangan pasangan. Tetapi hal ini penting dan harus dimiliki. Misalnya, suami memiliki penghasilan yang jauh di bawah Anda. Janganlah hal ini lantas membuat Anda menganggapnya rendah. Meski di sisi penghasilan berada di bawah Anda, tapi di sisi lain, suami bisa jadi memiliki sesuatu yang bisa Anda banggakan. Misalnya, kepribadiannya yang hangat, terbuka, perhatian pada keluarga dan sangat menyayangi Anda dan keluarga. Jadi, jangan melihat sesuatu dari sisi kekurangannya saja, tetapi lihat juga kelebihannya, sehingga kehangatan suami-istri senantiasa akan terjaga.

6.Tidak hobi mengatur
Apa jadinya jika seorang suami selalu diatur oleh istrinya? Pasti, ia akan merasa kesal. Bak anak kecil yang tidak tahu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Jadi, tak perlu terlalu cerewet terhadap suami, apalagi untuk hal-hal yang sebetulnya sepele. Misalnya, setiap menit mengingatkan suami untuk pulang rumah tepat waktu. Ingatkan saja bahwa Anda dan anak-anak selalu menanti untuk makan malam bersama. Bila 3-4 kali suami telat pulang, barulah Anda boleh mengingatkannya. Itu pun bukan dengan omelan, melainkan dengan kata-kata lembut, sehingga suami tidak menganggap Anda bawel dan selalu mengatur kehidupannya.

7.Bersikap terbuka
Sikap ini juga tak kalah penting. Jadi, jika Anda memiliki uneg-uneg, jangan dipendam sendiri, karena akibatnya malah tak mengenakkan bagi Anda maupun suami. Utarakan saja apa yang membuat Anda tidak tenang. Jika Anda tak senang dengan sikap acuhnya, atau Anda pernah mendengar sesuatu hal yang jelek tentang dirinya, ungkapkan saja, dan cari pemecahan bersama.

Bila semua persoalan dipendam, suami pun akan merasa segalanya lancar-lancar saja. Lain jika Anda melemparkan uneg-uneg soal sikap atau kebiasaannya, ia pasti akan mengoreksi dan memperbaikinya.

Tapi ingat, carilah saat yang tepat untuk menyampaikan uneg-uneg. Saat santai misalnya. Biasanya, ia akan bisa menerima kritikan itu, dibandingkan jika Anda datang membawa persoalan saat ia punya masalah di kantor.

8.Berpikir positif
Cobalah untuk selalu berpikir positif terhadap apa yang dilakukan suami. Misalnya, suami punya penghasilan lain di luar pekerjaan tetapnya, tetapi yang diberikan pada Anda hanya gaji pokoknya. Anda merasa suami tidak jujur, dan menyembunyikan sesuatu. Meski kesal, sebaiknya jangan langsung berpikir yang macam-macam. Siapa tahu, ia ingin memiliki simpanan khusus yang suatu saat akan dipersembahkannya sebagai kejutan untuk Anda. Jadi, curiga boleh tapi jangan berlebihan. Berpikir positif merupakan resep awetnya suatu mahligai rumahtangga.

9.Tetap mesra
Ini tak kalah penting. Jangan mentang-mentang anak sudah 3, lantas kemesraan yang mula-mula ada dalam perkawinan hilang begitu saja. Anda tak lagi memberikan perhatian pada suami dan malu bila suami mencium pipi atau kening Anda di depan anak-anak. Padahal, kemesraaan adalah kunci terbinanya kelanggengan rumahtangga. Kemesraan akan membuktikan bahwa meski sudah ada anak-anak, perasaan cinta itu tidak pernah padam.

10.Selalu tampil cantik
Memang, penampilan sebelum dan sesudah menikah pasti berbeda. Apalagi bila sudah punya anak. Biasanya, bentuk badan berubah, menjadi gemuk misalnya. Namun, bukan berarti Anda tak bisa tampil cantik di depan suami. Meski bentuk tubuh berubah, Anda tetap bisa, kok berdandan cantik. Berpakaian rapi misalnya. Terkadang, istri tidak mempedulikan hal-hal kecil seperti ini. Di rumah pakai daster yang sudah kumal, atau rambut dan wajah dibiarkan tak terurus. Hal-hal seperti inilah yang kadangkala membuat suami tak betah tinggal di rumah dan mencari wanita idaman lain.

11.Ciptakan kejutan
Siapa sih yang tak senang diberi kejutan oleh pasangannya? Nah, tidak ada salahnya, sekali-kali Anda memberikan kejutan pada suami. Misalnya, saat ulang tahun perkawinan atau ulang tahun kelahirannya, Anda memberikan hadiah unik yang tak pernah ia duga sebelumnya. Tak perlu yang berharga mahal, agenda kerja bertuliskan kata-kata cinta pun cukup unik dan membuat kenangan tersendiri bagi suami.

12.Jangan sepelekan janji
Meski tampaknya sepele, tapi soal satu ini bisa memicu konflik yang akhirnya menghancurkan bahtera rumahtangga Anda. Cobalah untuk selalu menepati janji Anda kepada suami, sekalipun hanya janji sepele, seperti akan pulang cepat, atau sekedar janji akan membelikan hadiah. Jika ini selalu Anda lakukan, lama-kelamaan suami pun akan menganggap Anda tak lagi memperhatikan dirinya. Hasilnya bisa Anda tebak, kan?

13.Bulan madu kedua
Kata orang, inilah salah satu resep jitu agar perkawinan bisa langgeng. Jadi, kenapa Anda tak mencobanya? Ambillah cuti dua-tiga hari dan pergilah ke tempat-tempat romantis, berdua saja, tanpa kehadiran anak-anak. Dalam suasana ini, Anda dan suami akan merasakan kembali cinta pertama seperti saat belum ada anak-anak. Dijamin, sepulang dari bulan madu kedua, kemesraan Anda dan suami akan semakin terjalin.